Saturday, August 1, 2015

Kaligrafi Kufi-2

Khat Kufi



Khat Kufi merupakan kaligrafi Arab tertua dan sumber seluruh kaligrafi Arab. Dinamakan Kufi karena berasal dari kota Kufah kemudian menyebar ke seluruh jazirah Arab. Masyarakat Arab berusaha mengolah dan mempercantik gaya Kufi dengan menyisipkan unsur-unsur ornamen sehingga lahirlah beragam corak Kufi yang baru. Cara menulisnya pun tidak lagi terbatas pada bambu tapi juga dengan pena, penggaris, segitiga, dan jangka. Khat Kufi pernah menjadi satu-satunya tulisan yang digunakan untuk menyalin mushaf al-Qur’an. Selanjutnya  Kufi berubah menjadi seni yang berdiri sendiri sebagai alat ekspresi para seniman kaligrafi. Meskipun cenderung kaku dengan banyaknya sudut-sudut yang menjadi karakternya, Kufi sangat lentur dan mudah diolah. Karena lebih tergantung kepada alat-alat bantu seperti penggaris, maka siapapun dapat menulis Kufi tidak harus seorang Khattat.






Sumber:  http://fath-multimedia.blogspot.com/p/khat-kufi.html

Kaligrafi Riq'ah

Khat Riq'ah



Riq’ah adalah salah satu gaya khat ciptaan masyarakat Turki Usmani. Spesifikasi khat Riq’ah terdapat pada huruf-hurufnya yang pendek dan bias ditu;is lebih cepat daripada Naskhi, karena kesederhanaannya dan tidak memiliki struktur yang rumit. Karena itu, kita memiliki kenyataan dalam kehidupan modern ini khat Naskhi khusus digunakan untuk mencetak teks buku, surat kabar, dan majalah, sedangkan khat Riq’ah khusus digunakan untuk catatan tangan atau dikte. 
Di lapangan advertising atau untuk penulisan judul-judul surat kabar, Riq’ah sering digunakan karena dapat mencakup kata-kata panjang dengan goresan-goresan yang tidak banyak makan tempat.

Pada saat tidak menggunakan pena tipis tebal, khat Riq’ah berfungsi untuk menulis catatan harian seperti pelajaran dan kuliah atau surat menyurat dan reportase para juru tulis seperti wartawan. Kecepatan gerak Riq’ah dapat disamakan dengan stenografi dalam tulisan latin.

Sumber :  http://fath-multimedia.blogspot.com/p/khat-riqah.html

Kaligrafi Diwani

Khat Diwani


Khat Diwani adalah salah satu gaya Khat yang diciptakan oleh masyarakat Turki Usmani , berkembang luas di akhir abad ke-15 yang dipelopori oleh seorang kaligrafer Ibrahim Munif dari Turki. Tulisan ini mulai populer setelah penaklukan kota Konstantinopel oleh Sultan Muhammad al-Fatih tahun 875 H. Penamaan Diwâni karena dinisbahkan kepada kantor-kantor pemerintah di mana tulisan tersebut digunakan dan dari dewan-dewan pemerintahan itulah Khat ini menyebar ke seluruh kalangan masyarakat.
Karakter Diwâni dikenal dengan putarannya sehingga tidak satu pun huruf yang tak mempunyai lengkungan. Goresannya yang lentur dan lembut memudahkan Diwani beradaptasi dengan tulisan apapun.
Kaedah Penulisan Huruf dengan Khat Diwani
Contoh Penulisan Kutipan ayat dengan Khat Diwani


 Contoh Penulisan Kutipan hadits dengan Khat Diwani


 Disamping Khat Diwâni yang tampil biasa (Diwâni ‘Adi) dikenal pula Khat Diwâni Jaly. Diwâni Jaly adalah tulisan diwâni yang bernuansa ornamen atau hiasan. Ia pertama kali dikembangkan oleh Hafiz Uthmân.
Kutipan Ayat Surat Al Ahzab : 56

Kutipan Ayat Surat Ar Ra'du : 28

Suimber: http://fath-multimedia.blogspot.com/p/khat-diwani_7688.html

Kaligrafi Farisi

Khat Farisi (Ta'liq)



Disebut Khat Fârisi karena memang pertamakali dikembangkan oleh orang-orang Persia (Iran). Sementara Ta’lîq berarti menggantung dinamai demikian karena gaya tulisan ini terkesan menggantung. Gaya ini disukai oleh orang-orang Arab dan merupakan gaya tulisan kaligrafi asli bagi orang Persia, India, dan Turki.

Seorang kaligrafer Persia Mir Ali Sultan al-Tabrizi kemudian mengembangkan gaya ini lebih halus dan variatif menjadi Nasta'lîq, dari katai 'nasakh dan ta'lîq'. Namun demikian para kaligrafer Turki dan Persia tetap menggunakan tulisan ini pada momen-momen penting. Ta'lîq dan nasta'lîq biasa digunakan untuk penulisan literatur dan syair-syair tentang kepahlawanan, bukan untuk penulisan Mushaf Al Qur'an.






Sumber : http://fath-multimedia.blogspot.com/p/khat-diwani.html

Kaligrafi Tsulutsi

Khat Tsulutsi



Khat Tsuluts (Tsulutsi)  termasuk jenis khat yang populer, meskipun jarang digunakan untuk tulisan Al Qur’an , karena bentuknya yang indah dan dekoratif Tsuluts tetap memegang peran penting dalam dunia kaligrafi arab sebagai tulisan hias. Ia banyak dipakai untuk penulisan judul, nama atau kepala surat.
Khat Tsuluts juga banyak digunakan untuk dekorasi dinding dan berbagai media karena kelenturannya. Ia dianggap paling sulit dibandingkan gaya-gaya lain, baik dari segi kaedah ataupun proses penyusunannya yang menuntut harmoni dan seimbang.
Berikut contoh karya Master kaligrafi dengan gaya Tsuluts :
(Shibghatallaahu waman ahsanu minallaahi shibghatan, Karya Muhammad Ozjay Kaligrafer Turki)
(Qad aflaha man tazakka, Karya Muhammad Ozjay Kaligrafer Turki)
(Al Muslimu man salimal muslimuna min lisanihi wayadihi, Karya Daud Bektasy Kaligrafer Turki)

Berikut contoh Desain Arabic Script bergaya tsulutsi oleh FATH DESIGN :

Kaligrafi vektor : Khoirukum man ta'allamal qur'an wa'allamahu dibuat dengan program inkscape
 
Sumber :  http://fath-multimedia.blogspot.com/p/khat-tsulutsi_16.html

Kalighrafi Naskhi

Khat Naskhi




Khat Nasakh (Naskhi) adalah salah satu jenis Khat yang paling mudah dibaca. Jenis inilah yang paling sering kita dapati ketika melihat atau membaca tulisan ayat pada mushaf Al Qur’ân dan sering digunakan untuk menyalin teks-teks ilmiah. Karena jenis ini relatif sangat mudah dibaca dan ditulis, maka tulisan ini paling banyak digunakan oleh para muslim dan orang Arab di belahan dunia.
(Kaligrafi Surat Al Fatihah dengan Khat Gaya Naskhi Karya seorang kaligrafer Turki)

Para ahli sejarah berpendapat, bahwa Ibnu Muqlah (272-328 H)adalah peletak dasar Khat Naskhi dalam bentuknya yang sempurna di zaman Bani Abbas. Di zaman kekuasaan Atabek Ali (545 H), usaha memperindah khat Naskhi mencapai puncaknya sehingga terkenallah gaya yang disebut Naskhi Atabeki yang banyak digunakan untuk menyalin mushaf al-Qurân di abad pertengahan Islam, dan menggeser posisi Khat Kufi kuno yang banyak digunakan sebelumnya.
(Kaligrafi Ayat Kursi dengan Khat Gaya Naskhi Karya Abbas Al Baghdadi)

Khat ini disebut Naskhi karena para Khatthath (kaligrafer) menulis mushaf al-Qurân dan berbagai buku dengan menggunakan gayanya. Sekarang huruf-huruf Naskhi menyebar di aneka penerbitan untuk mencetak buku, koran, dan majalah bahkan meluas menjadi huruf-huruf komputer. Jenis khat ini pula menjadi gaya yang pertama kali wajib dipelajari oleh para pemula yang mempelajari seni kaligrafi arab.
(Salah satu halaman Kitab Matan Jazariyah yang ditulis dengan Khat Naskhi)


(Halaman Mushaf Qur'an Surat Yasin ditulis dengan Khat Naskhi)
 
Sumber : http://fath-multimedia.blogspot.com/p/khat-naskhi_14.html

Jenis kaligrafi

Jenis Jenis Kaligrafi Islam

 
sejarah kaligrafi calligraphy history
ashwagi.com

Sejarah Munculnya Ragam Kaligrafi

Jenis jenis Kaligrafi Islam dibedakan berdasarkan bentuk huruf dan fungsi tulisan tersebut. Tulisan untuk dokumen dokumen resmi misalnya, menggunakan jenis jenis kaligrafi tertentu yang berbeda dengan tulisan tulisan kaligrafi untuk hiasan dan sampul sampul buku. Para tokoh kaligrafi, sejak abad ke-3 H / 9 M telah mengembangkan beragam jenis tulisan dan memberikan nama nama tertentu untuk membedakannya dengan yang lain.

Maka banyaklah sebutan sebutan untuk jenis jenis kaligrafi. Sebutan sebutan itu cukup membingungkan karena satu jenis tulisan kaligrafi disebut dengan nama nama yang bermacam macam.

Ibnu Nadim menyebutkan ada 40 jenis kaligrafi dengan sebutan sendiri sendiri. Sementara Muhammad Bin Sulaiman al-Rawandi menyebutnya ada 70.  Yang lain  menyebutkan ada 150 jenis kaligrafi.  Bahkan ada yang menyebutkan 120 jenis untuk kaligrafi model kufi saja.

Sebagai misal, nama nama jenis kaligrafi saat itu antara lain : jalil, tsulus, tsulutsain, tsulus tsaqil, gubar, tumar, lu'lu'iy, musalsal, mudabbaj, masyaq, tajawid, muhaqqaq, munamnam, musahham, mabsuth dan seterusnya.

Baca juga : Kaligrafi ditulis dengan kuas bulu babi ?

Jenis Jenis Kaligrafi Asasi

Dari penjelasan diatas, apa yang mereka sebut sebagai jenis jenis kaligrafi itu, sebenarnya bukan jenis jenis yang betul betul memiliki karakteristik sendiri. Banyak bentuk yang mirip satu sama lain, sehingga bisa dimasukkan dalam satu kategori saja. Maka pada perkembangan selanjutnya, secara alami, ada nama nama jenis kaligrafi yang unggul dan digunakan sampai sekarang, ada juga yang pelan pelan dilupakan orang.

Jenis jenis kaligrafi tersebut pada akhirnya menjadi paten dan memiliki kaidah kaidah masing masing. Jenis jenis kaligrafi tersebut yang masih dikenal pada masa kini antara lain :

1.  Kufi

Adalah jenis tulisan kaligrafi tertua yang dikenal dalam Islam. Dengan tulisan Kufi ini Al-Qurán pertama kali ditulis. Ciri utamanya adalah torehannya kaku bersudut, karena mulanya memang ditorehkan dengan pisau diatas tulang, batu batu, atau pelepah kurma.
Nama Kufi diambil dari nama kota Kufah di Irak, kota yang dibangun oleh Khalifah Umar bin Al-Khattab. Kaligrafi Kufi kemudian berkembang menjadi sangat indah pada masa Daulah Abbasiyah, dengan memasukkan unsur unsur hiasan dan ornamen khas kedalamnya. 

Kufi asli memiliki ciri ciri tidak bertitik, dan tidak bersyakal serta dibiarkan asli tanpa hiasan. Sedangkan Kufi yang sudah berkembang, banyak mengambil bentuk bentuk yang lebih beragam, dan banyak digunakan dalam karya karya arsitektur, untuk menghiasi masjid, makam, dan istana raja raja. 
Kuufi
Kufi Karya Jamal Isa al-Kabbasyi berbunyi : wa min haitsu kharajta
fa walli wajhaka syatrol masjidil harom...(al Baqarah : 150)

2.   Naskhi

Jenis Tulisan ini muncul pada akhir abad ke 5 Hijriyah. Ini adalah jenis kaligrafi modifikasi dari tulisan Kufi, yang muncul mengiringi maraknya penulisan buku dan Al-Quran. Karena itu ia disebut "naskh". Karena secara luas digunakan untuk "naskh al-Quran". Pada awal kemunculannya, jenis kaligrafi ini disebut "badi' " . Kaidah kaidah kaligrafi ini di sempurnakan oleh al- Wazir Ibnu Muqlah.
Kaligrafi Naskhi ini memiliki karakteristik lembut, dan jelas dibaca. Apalagi bila kemudian diberi syakal dan titik. Naskhi tidak digunakan dalam bentuk "tarkib" (bertumpuk tumpuk seperti halnya Tsuluts), melainkan datar mengikuti garis. Pada masa belakangan, gaya naskhi menjadi tulisan baku untuk buku buku dan karya karya ilmiyah (termasuk untuk penulisan menggunakan mesin cetak dan komputer). 

Kaligrafi jenis Naskhi ini biasanya diajarkan pertama kali sebelum mempelajari yang lain. Perlu latihan tekun dan banyak pengulangan untuk benar benar menguasainya.
kaligrafi naskh mudawwar
Naskhi berisi ucapan ucapan Ali r.a ketika menceritakan sifat sifat Nabi SAW

3.   Farisi / Nastaliq

Disebut FARISI karena ia muncul dan populer dinegeri negeri Persia (Farsi). Disebut TA'LIQ, karena cara penulisannya seperti gaya penulisan catatan kaki yang lazimnya miring kebawah dari kanan kekiri. Disebut NASTALIQ karena fungsinya mirip dengan Naskhi yaitu sebagai tulisan standar bagi buku buku pengetahuan (sampai hari ini buku buku pengetahuan berbahasa Persia dan website website mereka masih menggunakan Farisi disamping Syikastah). Jadi Nasta'liq adalah gabungan dari kata Naskh dan Ta'liq.

Untuk menguasai tulisan ini pun sangat sulit dan perlu latihan yang banyak. Diperlukan dua mata pena untuk menuliskannya karena satu huruf memiliki ketebalan yang berbeda. Para Ustadz kaligrafi berkata :
 "Siapa yang belum menguasai kaligrafi Farisi dan Tsulutsy, maka ia belum disebut khattat".
Farisi memiliki cabang/pecahan  yang disebut : Syikastah yang banyak digunakan di Iran, Afghanistan dan Pakistan. Orang yang pertama menciptakannya adalah khattaat Syafi'an. Syikastah tidak boleh digunakan untuk menulis Al-Qurán karena sulit dibaca.  Berikut ini contoh Farisi dan Syikastah :
Farisi
Farisi Karya Ali Tawiyy berbunyi
"semua ilmu, yang tidak ditulis dikertas akan hilang
Semua kejahatan yang terulang dua kali akan tersiar "
Syikastah
Syikastah tulisan Khattat Mahdi :
Ada yang tahu bunyinya ? karena saya tidak tahu....

4.   Tsulus

Ini adalah jenis kaligrafi yang paling gagah, mewah dan elegan. Sebagaimana dikatakan, tsuluts menjadi syarat bagi seseorang untuk digelari "khattaat", karena memang sangat sulit mempelajarinya. Kaligrafi tsuluts dibagi 2 : tsuluts 'aady atau tsuluts biasa. Ditulis menggunakan pena berukuran minimal 4 mm, ditulis dengan gaya biasa, jarang dibuat menjadi bentuk bentuk yang rumit. Yang kedua adalah tsuluts jaliy ditulis dengan pena berukuran dua kali lipat tsuluts biasa, dan sering dikreasikan dalam bentuk bentuk yang rumit. Yang paling rumit adalah model ma'kus  (berpantulan).
Tsuluts áady karya Usman Ozcay berisi maqolah tentang mencintai Allah

Tsuluts Jaliy (Jaliy Tsuluts) karya Dawud Bektasy dibentuk murokkab
(bertumpuk tumpuk) berbunyi : maa kaana Muhammadun abaa ahadin min rijalikum...)
Tsuluts jaliy ma'kus (berpantulan) karya Hasyim Muhammad berbunyi :
"wamaa utitum minal ilmi illa qalilan".

5.   Diwany

Jenis Kaligrafi ini sempat menjadi tulisan yang dirahasiakan oleh Daulah Usmaniyah karena keindahannya. Selanjutnya, setelah Sultan Muhammad Al Fatih berhasil menaklukkan Konstantinopel tahun 857 H, penggunaan Diwany mulai dipublikasikan meski terbatas pada penulisan diwan diwan resmi (pembukuan dokumen) Kerajaan Usmaniyah. Dan dari situlah jenis kaligrafi ini memperoleh namanya.

Sering disebutkan, bahwa yang pertama kali meletakkan kaidah kaidah Diwany adalah Ibrahim Munif At Turki. Selanjutnya Diwany memiliki tiga aliran gaya yaitu : gaya Turki, gaya Mesir, dan gaya Baghdad.

Keindahan Diwany terletak pada keluwesannya dan banyak menggunakan huruf huruf memutar. Diwany memiliki kreasi selanjutnya yang disebut diwany jaliy. Bentuk hurufnya mirip dengan diwany biasa, hanya saja hiasannya lebih "ramai". Penulisannya juga menggunakan pena berukuran lebih besar dan biasanya menggunakan 2 mata pena : pena besar untuk tulisan dan pena kecil untuk hiasan. Berikut contoh diwany biasa dan diwani jaliy :
Diwani
Diwany karya Taj Sirr Sayyid Ahmad.
Isinya hadis nabi : ayyuhan-naas inna lakum maálima fantahuu ilaa málimikum...dst
Diwani Jali
Diwani Jali indah sekali karya Jalal Amin Solih berisi kutipan hadis :
"kalimatani khofifatani alal-lisan tsaqilatani fil mizan...dst".

6.   Riq'ah

Adalah tulisan yang sangat indah, tetapi sangat sederhana dan mudah dipelajari. Rata rata khattaat menguasai tulisan gaya ini. Hanya saja, karena watak tulisannya yang bisa ditorehkan dengan cepat, kaligrafi ini jarang benar benar diberikan roh sebagai sebuah karya seni.

Yang pertama meletakkan kaidah kaidahnya adalah Musytasyar Mumtaz Bik seorang pengajar kaligrafi Sultan Abdul Majid Khan seorang raja Dinasty Usmani pada tahun 1280 H. Kemudian kaidah kaidahnya disempurnakan oleh Muhammad Izzat At-Turky. Ciri khas riq'ah adalah tidak menggunakan harokat dan hiasan. Berikut ini contohnya :
Riq'ah
Riqáh Karya Abdurrahman Yusuf Hamid.
Berisi petikan hadis nabi tentang sayyidul istighfar.

Enam Ragam tulisan ini adalah jenis jenis Kaligrafi Islam yang merupakan pilar utama kaligrafi. Tentu masih terbuka kesempatan untuk eksplorasi lebih lanjut  menemukan kreasi kaligrafi Islam terbaru dengan izin Allah swt.
Sumber : http://kaligrafi--islam.blogspot.com/2015/01/jenis-jenis-khat-arab-kaligrafi-islam.html

Kaligrafi KUFI



Kaligrafi Kufi Modern twitter.com

Pengertian Kufi

Kamu pecinta kaligrafi? Kalau iya, tentu kamu pasti mengenal kaligrafi kufi. Kaligrafi atau yang biasa disebut Khat Kufi ini adalah kaligrafi Arab tertua dan merupakan sumber seluruh kaligrafi arab. Mengapa dinamakan kufi? Karena kaligrafi ini bermulnga dari kota Kufah yang kemudian menyebar ke seluruh jazirah Arab.
Orang-orang Arab pada waktu itu berupaya mengolah dan mempercantik gaya kufi dengan cara menyisipkan unsur-unsur ornamen sehingga lahirlah beragam corak kufi yang baru. Dulu cara menulis kufi sangatlah terbatas hanya menggunakan bambu, namun sekarang banyak cara menulis kufi yang bisa digunakan. Antara lain dengan penggaris, pena, jangka dan segitiga. selain itu khat atau kaligrafi kufi pernah menjadi satu-satunya tulisan yang di gunakan untuk menyalin Al-Quran. Banyak pula ayat Al-Quran yang dipateri menggunakan kufi di dinding-dinding istana, masjid bahkan nisan-nisan yang ada di kuburan.
Seiring berjalannya waktu, kufi berubah menjadi suatu seni yang berdiri sendiri yang digunakan oleh para seniman sebagai alat mengeluarkan ekspresi dan kreatifitas mereka. Walaupun cenderung kaku namun kufi sangat lentur dan mudah diolah. Itu semua dikarenakan dalam pembuatannya kufi lebih tergantung pada alat-alat bantu seperti pena, penggaris. Karenanya semua orang dapat menulisnya walaupun dia bukan seorng khattat.
Di era kini, kaligrafi kufi berkembang menjadi berbagai macam jenis. Untuk lebih jelasnya mari kita simak penjelasannya berikutini.

a. Khat atau Kaligrafi Basit

Gaya atau model kufi ini sangat sederhana, sebab hanya menampilkan bentuk pokonya saja baik cara merangkainya ataupun dalam anatomi huruf tunggalnya. Kesederhanaan yang ditampilkan dalam gaya ini membuat kita memudahkan menangkap maksud dari bacaannya. jika ingin melihat contoh dari gaya ini, kamu bisa melihat di Masjid Jami’ Ibnu Toulun yang berada di Mesir, Qubbah Al-Sakhrah yang berada di Yerussalem Palestana, serta umumnya di kuburan yang membentang dari Irak sampai Maghribi.

b. Khat Kufi Musattar atau Handasi Tarbi’i atau Murabba

Khat kufi Musattar memiliki nama lain yaitu khat Kufi Handasi Tarbi’i atau Khat Khufi Murabba yang berarti kubus. Kaligrafi ini tersusun atas garis-garis lurus yang bertemu garis-garis vertikal yang membentuk suatu sudut-sudut tegak lurus tanpa adanya satu putaran pun. Oleh karena itu, diperlukan penggaris dan pena dalam membuatnya. Dari sinilah penamaannya dengan Musattar dinisbahkan pada penggaris yang dianggap bisa menjadi sarana utama dalam menulisnya.
Dalam gaya kepenulisan Kufi Mutassar ini tumbuh dan berkembang dengan kreatifitas seni yang sangat tinggi sehingga melahirkan beberapa gaya antara lain.
  • Khat kufi Musattar Mutasyabik (Berlangganan)
  • Khat kufi Musattar Muta’assir bil Falsafah (Dipengaruhi oleh pemikiran filsafat)
  • Khat Kufi Musattar Muta’assir bil Rasm (Dipengaruhi oleh gambar)

Jenis-jenis Kufi

Khat Kufi yang berhubungan dengan bentuk:

  • Khat Kufi Muwarraq (Kufi Berdaun)
  • Khat Kufi Mutalasiq (Berlengketan satu sama lain)
  • Khat Kufi Muzayyin Nafsah (Menghiasi dirinya sendiri)
  • Khat Kufi Muzakhfar (Berhias dan Berbunga)
  • Khat Kufi Muta’assar bil Rasm (Dipengaruhi Lukisan)
  • Khat Kufi Madfur (Bersilangan)

Khat yang berhungan dengan masa atau waktu:

  • Khat Kufi Andalusia (berkembang di masa kekuasaan Arab Andalusia pada tahun 752 M).
  • Khat Kufi Fatimi (berkembang pada masa pemerintahan Fatimiyah di Mesir pada tahun 909-1171 M).
  • Khat Kufi Ayubi (berkembang pada masa pemerintahan Ayubiyah yang menguasai Yaman, Syiria dan Mesir pada tahun 1169-1260 M).
  • Khat Kufi Mamluki (berkembang pada masa pemerintahan Mamluk yang menguasai Mesir pada tahun 1250-1517 M).
  • Khat Kufi Modern (berkembang pada awal tahun 2001n M)
Di bawah ini contoh dan gambar khat atau kaligrafi yang bisa kamu lihat.
Contoh huruf Kufi Zaman dahulu
fitnunnisak87.blogspot.com
Contoh Kaligrafi Kufi di dinding Masjid
photobucket.com
Contoh Kaligrafi Kufi Bismillah
anandastoon.blogspot.
Contoh Kaligrafi Kufi Al-Ikhlas
comsetinghati.blogspot.com
 Sumber: http://www.qolbunhadi.com/pengertian-dan-jenis-kaligrafi-kufi/

Perkembangan Kaligrafi dari masa ke masa

Sangat menarik untuk dibaca sejarah seni kaligrafi Islam dan bagaimana tren perkembangannya dari masa ke masa. Benar adanya bahwa seni kaligrafi Islam termasuk seni yang berusia cukup tua ya.

Kaligrafi Islam merupakan seni rohani. “Islamic Calligraphy is a spiritual geometry brought about with material tools”, demikian sang maestro klasik Yaqut Al-Musta’shimi, menggambarkan keagungan seni ini.

Kaligrafi Islam memang bukan sekedar karya seni rupa biasa. Namun, karya ini memiliki pesona spritualitas yang memiliki makna yang dalam bagi yang memahaminya.

Meski kaligrafi identik dengan tulisan Arab, namun kata kaligrafi diyakini berasal dari bahasa Yunani. Yaitu kalios yang berati indah dan graphia yang berarti tulisan. Sementara itu, Bahasa Arab mengistilahkannya dengan istilah khatt (tulisan atau garis) yang ditujukan pada tulisan yang indah. Hal ini seperti yang tercantum dalam al-kitabah al-jamilah atau al-khatt al-jamil.

Ditilik dari sejarahnya, akar kaligrafi Arab sebenarnya adalah tulisan hieroglif Mesir, yang kemudian terpecah menjadi khatt Feniqi, Arami dan Musnad. Yakni kitab yang memuat segala macam hadits. Menurut al-Maqrizi, seorang ahli sejarah abad ke-4, tulisan kaligrafi Arab pertama kali dikembangkan oleh masyarakat Himyar. Yakni suku yang mendiami Semenanjung Arab bagian barat daya (sekitar 115-525 SM). Musnad merupakan kaligrafi Arab kuno yang mula-mula berkembang dari sekian banyak jenis khatt yang dipakai oleh masyarakat Himyar. Dari tulisan tua Musnad yang berkembang di Yaman, lahirlah khatt Kufi.

Beberapa sumber menyebutkan bahwa khatt Kufi ini terus berkembang dan mencapai puncak kesempurnaannya pada pertengahan abad VIII M. Khatt Kufi menjadi primadona dan dijadikan sebagai tulisan wajib untuk menulis mushaf Alquran. Bahkan, sebagian kelompok fanatik menganggap jenis khat dengan ciri khas kaku ini diyakini bersumber dari malaikat Jibril saat me-nyampaikan wahyu pertama.

D Sirojuddin AR (1989) mengungkapkan, kehadiran Alquran di awal kehadiran Islam sangat berkorelasi positif dengan tumbuh dan berkembangnya seni kaligrafi Arab (Alquran) Teori ini memang tepat untuk menggambarkan sumbangsih dan pengaruh kuat Alquran terhadap dinamika tradisi kaligrafi pada masyarakat Arab, terutama umat Islam pada masa lampau.

Meski orang-orang Arab pada waktu itu dikenal piawai dalam tradisi verbalism, khususnya bidang kesusastraan, namun dalam hal tradisi tulis-menulis (kitabah/ khathth) masih tertinggal jauh dibanding beberapa bangsa lainnya. Seperti Mesir dengan tulisan hieroglif, Jepang dengan aksara Kaminomoji, Indian dengan Azteka, Assiria dengan huruf Paku, ataupun India dengan gaya Devanagari. Dalam rentang inilah kaligrafi Islam lahir sebagai masterpiece yang sangat diagungkan. Di Indonesia, kaligrafi merupakan bentuk seni budaya Islam yang pertama kali ditemukan. Bahkan dia menandai masuknya Islam di Indonesia.

Hal ini berdasarkan hasil penelitian arkeologi yang dilakukan Prof Dr Hasan Muarif Ambary. Kaligrafi gaya Kufi telah berkembang pada abad ke-11. Datanya ditemukan pada batu nisan makam Fatimah binti Maimun di Gresik (wafat 495 H/ 1082 M) dan beberapa makam lainnya dari abad ke-15. Kebiasaan menulis Alquran telah banyak dirintis para ulama besar di pesantren-pesantren semenjak akhir abad XVI. Dalam perkembangan selanjutnya, kaligrafi tidak hanya dikembangkan sebatas tulisan indah yang berkaidah tetapi juga mulai dikembangkan dalam konteks seni rupa yang terus menginspirasi dan divariasikan secara terus menerus.

Penggelut bisnis kaligrafi dari Afie Etnic Prasetyo mengatakan, saat ini hampir di setiap rumah, dapat dijumpai ada pajangan kaligrafi Islam. Paling tidak ada kaligrafi yang bertuliskan nama Allah dan Nabi Muhammad SAW. Hal ini, menunjukan bahwa seni kaligrafi telah semakin diminati. Tak hanya karena seni ini memiliki nilai estetika yang tinggi. Namun, kaligrafi telah dianggap sebagai salah satu karakter dan simbol jati diri seorangmuslim . “Sejak beberapa tahun belakangan, tren kaligrafi memang semakin berkembang. Kalau dulu, kaligrafi hanya sebatas ornamen masjid atau musala, namun sekarang tidak lagi.

Bahkan, sepertinya sudah menjadi keharusan bagi keluarga muslim untuk memajang kaligrafi di dalam rumah,” ujar Prasetyo saat ditemui di galeri pamerannya di Palembang Indah Mal (PIM), kemarin. Menurut Prasetyo, kaligrafi bukan hanya sekedar karya seni rupa biasa. Namun, tulisan kaligrafi bersumber dari ayat-ayat suci Alquran. Sehingga memiliki makna yang dalam bagi yang memahaminya.

Tulisan yang terkandung dalam kaligrafi memiliki filosofi dan pesan dakwah agar umat Islam senantisa selalu membaca ayat-ayat suci Alquran dan ingat kepada Allah SWT. Maka dari itu, banyak yang beranggapan bahwa memajang kaligrafi lebih baik daripada memajang pantung atau gambar makluk hidup seperti manusia dan hewan. Terlebih, saat ini karya seni kaligrafi sudah semakin variatif. Setiap tahun trennya selalu mengalami perubahan dan perkembangan. Tak hanya sebatas seni lukis yang menggunakan media kanvas atau kertas saja. Namun, kini kaligrafi telah banyak dituangkan dalam media logam, kuningan, kaca, kolase ataupun ukiran kayu.

“Dengan tampilannya yang semakin beragam, kini kaligrafi telah menjadi pilihan banyak kalangan muslim sebagai penghias interior atau dekorasi ruangan lainnya,” kata Prasetyo.

Prasetyo mengungkapkan, pada tahun lalu seni kaligrafi dengan media kuningan sempat menjadi tren di kalangan masyarakat. Unsur logam yang dipadu dengan warna keemasan dinilai memberikan kesan mewah pada pajangan ini. Namun, pada tahun ini, masyarakat lebih menyukai kaligrafi ukir yang menggunakan kayu jati atau mahogani. Unsur kayu dengan warna dasar cokelat membuat ukiran ini terkesan lebih natural namun elegan.

Untuk harganya, lanjut dia, seni kaligrafi memang relatif mahal. yakni berkisar antara ratusan ribu hingga jutaan rupiah. Tergantung dengan bahan, bentuk, ukuran, dan tingkat kerumitannya. Sebagai gambaran untuk ukiran kaligrafi “ayat kursi” dari kayu jati berukuran 170 cm x 60 cm dapat dijual denganharga Rp2 juta. Sedangkan untuk satu pasang kaligrafi bertulisakan “Allah” dan “Muhammad” dengan ukuran 25 cm x 25 cm dapat dijual denganharga Rp400 ribu.

“Setiap tahun, tren kaligrafi cenderung berubah. Hal ini, pada akhirnya menjadikan kaligrafi memiliki nilai prestisge tersendiri bagi kalangan tertentu,” papar Prasetyo. Perajin kaligrafi lainnya, Mulya Sujana, mengakui permintaan terhadap seni kaligrafi semakin tinggi.
http://aqilmagic.blogspot.com/2010/09/sejarah-seni-kaligrafi-islam-dan.html

Definisi Kaligrafi

Definisi dan Sejarah Kaligrafi Arab

Kaligrafi berasal dari akar kata bahasa Latin “kalios” yang berarti indah, dan “graph” yang berarti tulisan atau aksara. Dalam bahasa Arab tulisan indah berarti “khath” sedangkan dalam bahasa Inggris disebut “calligraphy”.1 Arti seutuhnya kata kaligrafi adalah suatu ilmu yang memperkenalkan bentuk-bentuk huruf tunggal, letak-letaknya dan cara-cara penerapannya menjadi sebuah tulisan yang tersusun. Atau apa-apa yang ditulis di atas garis-garis sebagaimana menulisnya dan membentuknya mana yang tidak perlu ditulis, mengubah ejaan yang perlu diubah dan menentukan cara bagaimana untuk mengubahnya.2 Sedangkan pengertian kaligrafi menurut Situmorang3 yaitu suatu corak atau bentuk seni menulis indah dan merupakan suatu bentuk keterampilan tangan serta dipadukan dengan rasa seni yang terkandung dalam hati setiap penciptanya.
Kaligrafi merupakan seni arsitektur rohani, yang dalam proses penciptaannya melalui alat jasmani.4 Kaligrafi atau khath, dilukiskan sebagai kecantikan rasa, penasehat pikiran, senjata pengetahuan, penyimpan rahasia dan berbagai masalah kehidupan. Oleh sebagian ulama disebutkan “khat itu ibarat ruh di dalam tubuh manusia”.5

Akan tetapi yang lebih mengagumkan adalah, bahwa membaca dan “menulis” merupakan perintah Allah SWT yang pertama diwahyukan kepada Nabi Besar Muhammad SAW, yang tertuang dalam al-Qur’an surat al-‘Alaq ayat 1-5, yaitu:
Bacalah dengan nama Tuhanmu yang telah menciptakan. Dia menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajari (mausia) dengan parantaraan kalam. Dia mengajari manusia apa yang belum diketahuinya”.6
 
Dapat dipastikan, kalam atau pena mempunyai kaitan yang erat dengan seni kaligrafi. Dapat juga dikatakan bahwa kalam sebagai penunjang ilmu pengetahuan. Wahyu tersebut merupakan “sarana” al-Khaliq dalam rangka memberi petunjuk kepada manusia untuk membaca dan menulis.
Tentang asal-usul kaligrafi itu sendiri, banyak pendapat yang mengemukakan tentang siapa yang mula-mula menciptakan kaligrafi. Untuk mengungkap hal tersebut cerita-cerita keagamaanlah yang paling tepat dijadikan pegangan. Para pakar Arab mencatat, bahwa Nabi Adam As-lah yang pertama kali mengenal kaligrafi. Pengetahuan tersebut datang dari Allah SWT, sebagaiman firman-Nya dalam surat al-Baqarah ayat 31:
Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama seluruhya…. “ 7
Di samping itu masih ada lagi cerita-cerita keagamaan lainnya, misalnya saja, banyak yang percaya bahwa bahasa atau sistem tulisan berasal dari dewa-dewa. Nama Sanskerta adalah Devanagari, yang berarti “bersangkutan dengan kota para dewa”. Perkembangan selanjutnya mengalami perubahan akibat pergeseran zaman dan perubahan watak manusia.
 Akhirnya muncul tafsiran-tafsiran baru tentang asal-usul tulisan indah atau kaligrafi yang lahir dari ide “menggambar” atau “lukisan” yang dipahat atau dicoretkan pada benda-benda tertentu seperti daun, kulit, kayu, tanah, dan batu. Hanya gambar-gambar yang mengandung lambang-lambang dan perwujudan dari keadaan-keadaan tertentu yang diasosiasikan dengan bunyi ucap sajalah yang dapat diusut sebagai awal pembentukan kaligrafi. Dari situlah tercipta sistem atau aturan tertentu untuk membacanya. Demikian juga sistem tulisan primitif Mesir Kuno atau sistem yang dikembangkan oleh kelompok-kelompok masyarakat primitif.
Pada mulanya tulisan tersebut  berdasarkan pada gambar-gambar.8 Kaligrafi Mesir Kuno yang disebut Hieroglyph berkembang menjadi Hieratik, yang dipergunakan oleh pendeta-pendeta Mesir untuk keperluan keagamaan. Dari huruf Hieratik muncul huruf Demotik yang dipergunakan oleh rakyat umum selama beberapa ribu tahun.9 Tulisan yang ditemukan 3200 SM di lembah Nil ini bentuknya tidak berupa kata-kata terputus seperti tulisan paku,10 tetapi disederhanakan dalam bentuk-bentuk gambar sebagai simbol-simbol pokok tulisan yang mengandung isyarat pengertian yang dimaksud. Kaligrafi bentuk inilah yang diduga sebagai cikal bakal kaligrafi Arab.
·         Kaligrafi Arab Sebagai Peradaban Islam
Peradaban Islam mulai muncul di permukaan ketika terjadi hubungan timbal balik antara peradaban orang-orang Arab dengan non-Arab. Pada mulanya, Islam tidak memerlukan suatu bentuk kesenian; tetapi bersama jalannya sang waktu, kaum muslimin menjadikan karya-karya seni sebagai media untuk mengekspresikan pandangan hidupnya. Mereka membangun bentuk-bentuk seni yang kaya sesuai dengan perspektif kesadaran nilai Islam, dan secara perlahan mengembangkan gaya mereka sendiri serta menambah sumbangan kebudayaan di lapangan kesenian.[1] Salah satu bentuknya adalah seni kaligrafi.[2]
Kaligrafi atau biasa dikenal dengan khath [3] tumbuh dan berkembang dalam budaya Islam menjadi alternatif ekspresi menarik yang mengandung unsur penyatu yang kuat. Kaligrafi berkembang pesat dalam kebudayaan Islam adalah: Pertama, karena perkembangan ajaran agama Islam melalui kitab suci Al-Qur’an. Kedua, karena keunikan dan kelenturan huruf-huruf Arab. Khath sendiri sebagai satu bentuk kesenian yang memiliki aturan yang khas, telah tumbuh secara lepas maupun terpadukan dalam bagian-bagian unsur bangunan yang mempunyai makna keindahan tersendiri. Salah satu fakta yang mempesona dalam sejarah seni dan budaya Islam ialah keberhasilan bangsa Arab, Persia, Turki dan India dalam menciptakan bentuk-bentuk dan gaya tulisan kaligrafis ke berbagai jenis variasi, antara lain: Kufi, Riq’ah, Diwani, Tsuluts, Naskhi dan lain-lain.[4]
Seni kaligrafi merupakan kebesaran seni Islam, yang lahir di tengah-tengah dunia arsitektur. Hal ini dapat dibuktikan pada aneka ragam hiasan kaligrafi yang memenuhi masjid-masjid dan bangunan-bangunan lainnya, yang diekspresikan dalam paduan ayat-ayat suci Al-Qur’an, Al-Hadits atau kata-kata hikmah. Demikian juga mushaf Al-Qur’an banyak ditulis dengan berbagai corak kaligrafi.
Berdasarkan eksistensi tulisan (huruf Arab) pada saat pengekspresiannya, dibedakan pengertian antara kaligrafi murni dan lukisan kaligrafi. Keduanya agak berjauhan satu sama lain. Kaligrafi murni adalah seni tulis indah yang mengikuti pola-pola kaidah yang sudah ditentukan dengan ketat, yaitu bentuk-bentuk yang tetap berpegang pada rumus-rumus dasar kaligrafi yang baku (kaidah khathiyah). Di sini dapat dibedakan dengan jelas aliran-aliran seperti Naskhi, Tsuluts, Rayhani, Diwani, Diwani Jali, Farisi, Kufi dan Riq’ah.11 Penyimpangan atau pencampuradukkan satu dengan yang lain dipandang sebagai suatu kesalahan, karena dasarya tidak cocok dengan rumus-rumus yang sudah ditetapkan.12
Kaligrafi yang dikenal dalam bentuk ragamnya sekarang, mempunyai asal-usul yang cukup panjang dan berliku. Perkembangannya telah dimulai sejak berabad-abad yang lampau, dimulai dari pemerintahan Dinasti Ummayah (661-750 M) dengan pusatnya di Damaskus, Syria sampai pada pemerintahan Dinasti Abbasiyah (750-1258 M) dengan pusatnya di Bagdad, dan berlanjut lagi pada masa-masa pemerintahan Fatimiyah (969-1171 M), pemerintahan Ayyub (1771-1250 M), pemerintahan Mameluk (1250-1517 M) dengan pusatnya di Mesir, pemerintahan Usmaniah (1299-1922 M) dan pemerintahan Safavid Persia (1500-1800 M). Demikian lamanya pengembangan kaligrafi Islam berlangsung hingga mencapai kematangannya.25
Dalam perjalanannya, kaligrafi Arab yang lebih sering menjadi alat visual ayat-ayat al-Qur’an, tumbuh tertib mengikuti rumus-rumus berstandar (al-khath al-mansub) olahan Ibnu Muqlah26 yang sangat ketat. Standarisasi yang menggunakan alat ukur titik belah ketupat, alif dan lingkaran untuk mendesain huruf-huruf itu mencerminkan “etika berkaligrafi” dan kepatuhan pada “kaidah murni” aksara Arab.
Namun, belakangan muncul gerakan yang menjauhkan diri dari kebekuan ikatan-ikatan tersebut. Kreasi mutakhir yang “menyimpang” dari grammar  lama ini populer dengan sebutan “kaligrafi kontemporer”, merujuk pada gaya masa kini yang penuh dinamika dan kreatifitas dalam mencipta karya yang serba aneh dan unik,27 seperti karya-karya kaligrafis yang dibuat di atas kayu, kanvas lukis, atau bahan lain yang menggambarkan beberapa ayat Al-Qur’an atau Hadits Nabi, atau karya mandiri dari seniman.
Sumber Tulisan;
John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, cet. XXIV, Oktober 1997
D. Sirojuddin AR., Seni Kaligrai Islam, (Bandung; PT. Remaja Rosdakarya, cet. I, edisi II, Mei 2000)
Oloan Situmorang, Seni Rupa Islam Pertumbuhan dan Perkembangannya, (Bandung: Penerbit Angkasa, cet. X, 1993),
 Tim Disbintalad, Al-Qur’an Terjemah Indonesia, (Jakarta: Sari Agung, cet.V, 1993)
Abdul Karim Husain, Seni Kaligrafi Khat Naskhi, Tuntutan Menulis Huruf Halus Arab dengan Metode Komparatif, (Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1985
M. Abdul Jabbar Beg, Seni di dalam Peradaban Islam, (Bandung: Penerbit Pustaka, 1988)


1 John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, cet. XXIV, Oktober 1997), hlm. 95.
2 D. Sirojuddin AR., Seni Kaligrai Islam, (Bandung; PT. Remaja Rosdakarya, cet. I, edisi II, Mei 2000), hlm. 3.
3 Lihat Oloan Situmorang, Seni Rupa Islam Pertumbuhan dan Perkembangannya, (Bandung: Penerbit Angkasa, cet. X, 1993), hlm. 67.
4 D. Sirojuddin AR., Seni Kaligrafi Islam, hlm. 4.
5 Ibid., hlm. 5.
6 Tim Disbintalad, Al-Qur’an Terjemah Indonesia, (Jakarta: Sari Agung, cet.V, 1993), hlm. 1256
7 Ibid., hlm. 9.
8 D. Sirojuddin AR., Seni Kaligrafi Islam, hlm. 8-9.
9 Abdul Karim Husain, Seni Kaligrafi Khat Naskhi, Tuntutan Menulis Huruf Halus Arab dengan Metode Komparatif, (Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1985), hlm. 6.
10 Lihat D. Sirojuddin AR., Seni kaligrafi Islam, hlm. 10.
[1] M. Abdul Jabbar Beg, Seni di dalam Peradaban Islam, (Bandung: Penerbit Pustaka, 1988), hlm. 1.
[2]  Lihat Bab II, hlm. 16.
[3] Berarti garis atau tulisan indah. Garis lintang, equator atau khatulistiwa terambil dari kata Arab, khathul istiwa, melintang elok membelah bumi jadi dua bagian yang indah. Lihat D. Sirojuddin AR., Seni Kaligrafi Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, cet. I, edisi II, Mei 2000), hlm. 3.
[4]  Lihat Ibid., hlm. 281-355.
11 Khath Kufi disebut khath Muzawwa, yakni jenis tulisan Arab yang berbentuk siku-siku. Tulisan ini semula berasal dari khath Hieri (Hirah), suatu tempat bernama Hirah dekat Kufa, kemudian tulisan ini dikenal dengan nama Kufi. Khath Naskhi atau Nasakh merupakan salah satu tulisan kursif paling awal, namun memperoleh popularitas baru setelah dirancang kembali oleh Ibnu Muqlah pada abad ke-10 M. Khath Tsuluts pertama kali dirumuskan pada abad ke-7 M pada masa kekhalifahan Umayyah. Tsuluts berarti “sepertiga”—karena pertimbangan garis lurusnya terhadap garis lengkungnya, atau karena tulisan ini adalah sepertiga dari ukuran tulisan lain yang populer pada masa itu. Khath Farisi (Ta’liq) pertama kali berkembang di Persia pada masa pemerintahan Dinasti Safavid (1500-1800 M) kemudian Pakistan, India dan Tuki. Pada masa pemerintahan Shah Ismail dan Shah Tahmasp, perkembangan khath Farisi mengalami kemajuan yang pesat, sehingga tulisan ini menjadi satu-satunya tulisan yang berlaku di Persia. Khath Riq’ah adalah satu bentuk tulisan yang dapat ditulis dengan cepat, yang hampir mirip dengan cara menulis stenografi. Tulisan ini ditemukan pada abad 15 M. Khat Rayhani pertama kali dikembangkan pada abad ke-9 M oleh Ali ibn Al-Ubaydah Al-Rayhani, yang berasal dari khath Naskhi dan khath Tsuluts. Lihat Oloan Situmorang, Seni Rupa Islam Pertumbuhan dan Perkembangannya, hlm. 68-97 dan Yasin Hamid Safadi, Kaligrafi Islam, terj. Abdul Hadi W.M. (Jakarta: PT. Pantja Simpati, cet. I, 1986), hlm. 44-86. Khath Diwani adalah perkembangan tulisan Usmaniyyah pada akhir abad ke-15 M, dari tulisan Ta’liq Turki oleh Ibrahim Munif. Khath Diwani Jali merupakan tulisan Diwani yang mengembangkan ragam ornamental, juga dikenal sebagai Humayuni (kerajaan). Lihat Yasin Hamid Safadi, hlm. 32.
12 D. Sirojuddin AR., Seni Kaligraf Islam, hlm. 11.
25 Oloan Situmorang, Seni Rupa Islam Pertumbuhan dan Perkembangannya, hlm. 64.
26 Seorang kaligrafer yang paling kuasa mengubah dan mengembangkan prinsip-prinsip kaligrafi, dari model kufi yang konservatif pada bentuk-bentuk, gambar-gambar artistik dalam ukuran-ukuran seimbang dan gaya susun indah yang terus dipakai sampai sekarang. Ia dikenal sebagai Bapak Kaligrafer. Lihat D. Sirojuddin AR., Seni Kaligrafi Islam, hlm. 89-96.
27 Ibid., hlm. 165-166.

 Sumber: http://ukonpurkonudin.blogspot.com/2011/08/definisi-dan-sejarah-kaligrafi-arab.html