Menumpuknya mikrofon-mikrofon rusak di banyak masjid mendorong adanya tulisan ini.
Untuk mikrofon murah mungkin mudah untuk mengabaikannya, tetapi untuk
mikrofon yang harganya lumayan mahal semua orang tentu setuju bahwa
memperbaikinya adalah lebih baik.
Apa yang akan diulas di sini adalah khusus untuk perbaikan mikrofon yang paling banyak digunakan, yaitu mikrofon dinamik.
Memperbaiki mikrofon rusak tidak perlu harus dilakukan oleh seorang ahli
atau pakar elektronik yang handal, cukup orang yang sudah bisa
menyolder saja.
Seperti biasa, sebelum melakukan reparasi terhadap suatu barang
elektronik ada baiknya untuk mengerti terlebih dahulu (meskipun sekilas)
tentang cara kerja barang elektronik yang akan diperbaiki tersebut.
Tentang dan cara kerja mikrofon dinamik.
Mikrofon dinamik adalah mikrofon yang bekerja atas dasar timbulnya
aliran listrik pada kumparan (lilitan-lilitan kawat) yang berada di
dalam area medan magnet karena adanya gerak dari kumparan tersebut.
Kumparan di dalam mikrofon dinamik menempel pada sebuah membran tipis
elastis dan berada di dalam celah sebuah besi magnet. Ketika ada suara
(misalnya suara orang berbicara) di dekat membran tersebut maka udara di
sekitarnya akan bergelombang (bergetar). Getaran suara pada udara itu
akan menerpa membran tipis dan membuatnya ikut bergetar, maka terjadilah
gerakan membran tipis mengikuti getaran-getaran suara pada udara yang
menerpanya itu.
Karena kumparan menempel pada membran tipis maka kumparan pun menjadi
ikut bergerak sebagaimana gerakan membran tipis, maka timbullah aliran
listrik kecil di antara ujung-ujung kawat lilitan di dalam kumparan.
Apabila listrik kecil ini disalurkan untuk diperkuat oleh amplifier dan
lalu diberikan ke speaker maka pada speaker akan terdengar bunyi/suara
sebagaimana asalnya (suara orang berbicara).
Skema rangkaian dan susunan sambungan untuk soket pada mikrofon dinamik yang umum diperlihatkan pada gambar berikut :
Kerusakan umum mikrofon dinamik.
Ada beberapa bagian kerusakan yang paling sering ditemui pada mikrofon
dinamik, di antaranya : kerusakan kabel, kerusakan spoel, kerusakan
switch, koneksi pada jack yang jelek.
Ciri kerusakan pada kabel adalah mikrofon/mic tidak mengeluarkan suara
(mati) setelah sebelumnya sempat dalam keadaan kadang hidup kadang
mati. Kabel coax yang biasa digunakan pada mic mempunyai dua bagian,
yaitu bagian kabel dalam yang diselubungi oleh serabut kabel bagian luar
yang terhubung ke ground. Salah satu bagian bisa saja ada yang putus.
Pemeriksaan kabel dapat dilakukan dengan menggunakan AVO-meter pada
posisi Ohm X1 atau Ohm X10 pada setiap bagian kabel dari ujung yang satu
ke ujung lainnya. Jika ternyata salah satu bagian kabel memang ada
yang putus (entah bagian dalam atau serabut bagian luar) maka kabel
dinyatakan telah rusak dan perlu diganti dengan yang baru.
Pada proses penggantian kabel perlu diperhatikan hal-hal berikut :
Pada gambar di atas tampak jack mic dengan terminal 1 untuk
disambungkan/disolder dengan kabel coax bagian dalam dan terminal 2
untuk disambungkan dengan kabel serabut penyelubung bagian luar.
Terminal 2 dari jack berfungsi juga sebagai pemegang/penjepit badan
kabel.
Di sebelah kanan jack tampak kepala soket sambungan antara kabel dengan
mic, terdapat empat bagian yaitu 1, 2 (ground), 3 dan 4. Terminal 1
disambungkan dengan kabel coax bagian dalam sedangkan terminal 2 (gnd)
dan 3 disatukan dan disambungkan dengan kabel serabut penyelubung bagian
luar. Bagian 4 adalah penjepit, berfungsi untuk memegang/menjepit
badan kabel agar posisinya tetap dan kokoh.
Kerusakan spoel kadang-kadang juga terjadi. Pengetesan spoel dapat
langsung dilakukan menggunakan AVO-meter pada posisi Ohm X10 atau Ohm
X100. Pada saat pengetesan switch harus dalam posisi on.
Kedua tuas tester ditempelkan pada dua titik solderan spoel, jika spoel
masih baik akan terukur adanya resistansi sekitar 500Ω atau lebih.
Apabila spoel telah rusak maka tidak akan terukur resistansi apapun
karena gulungannya telah putus. Ini berarti spoel perlu diganti.
Ciri kerusakan switch on-off pada mic adalah tidak berfungsinya switch.
Mic terus menerus dalam keadaan on (hidup) meskipun switch di-off-kan.
Kerusakan switch sering dianggap tidak mengganggu karena mic masih dapat berfungsi, hanya saja fungsinya tidak sempurna.
Koneksi pada jack yang buruk dapat mengakibatkan suara desis atau derau
yang kadang-kadang muncul bersamaan dengan mengecilnya suara bicara.
Untuk memperbaikinya cukup dengan membuka penutup jack dan lalu
menyolder ulang dua sambungan yang ada pada terminal-terminal jack.
Tidak lupa pula untuk memperbaiki jepitan pada badan kabel.
Happy repairing!
http://elektronikaspot.blogspot.com/2015/06/memperbaiki-mikrofon-rusak.html
Tuesday, July 28, 2015
Memperbaiki “rice-cooker”
Memperbaiki “rice-cooker” (penanak-nasi elektrik) tidaklah sulit,
modalnya hanya berani membongkar dan sedikit ketelitian. Jika sudah
bisa membongkar dan menutupnya (memasangnya) kembali tanpa ada masalah,
kemungkinan besar sebenarnya sudah mampu untuk memperbaiki sebuah
rice-cooker, sebab bagi para pemula memang di situlah faktor kesulitan
terbesarnya.
Pada tulisan sebelumnya telah dibahas tentang bagaimana memperbaiki water dispenser, dalam : Memperbaiki Water Dispenser.
Lanjutannya kali ini mungkin akan menjadi tidak terlalu sulit lagi jika sudah mulai terbiasa membongkar-pasang peralatan elektronik.
Bagian elektrik rice-cooker tidaklah terlalu rumit.
Tetapi sebagai awalan yang tepat dalam tekhnik reparasi peralatan elektronik apapun, ada baiknya untuk bisa mengerti (meskipun sedikit) tentang cara kerja peralatan elektronik yang akan diperbaiki.
Gambar di atas adalah skema elektrik salah satu tipe rice-cooker berikut magic-jar yang banyak beredar di pasaran.
Bagian elektrik terpenting dari rice-cooker adalah “leaf-switch”, sensor panas magnetik, dan “heating-element” (elemen pemanas).
Leaf-switch adalah saklar utama yang terkait dengan tuas/tangkai pemindah posisi “cook” (memasak) atau “warm” (menghangatkan). Apabila tangkai pemindah posisi ditekan ke bawah (posisi “cook”) maka kontak leaf-switch akan menyambungkan sumber AC 220V ke elemen pemanas untuk memasak (heating-element). Elemen pemanas ini akan memanasi logam tempat duduk panci dengan panas yang tinggi. Panci nasi dari besi yang berisi beras dan air akan terpanasi pada bagian bawahnya, sementara itu sensor panas magnetik yang berada di tengah lubang logam tempat duduk panci akan menempel pada bagian bawah-tengah panci karena sifat kemagnetannya. Sensor panas magnetik tertaut kepada ujung tangkai pemindah posisi. Dengan demikian tangkai pemindah posisi akan tetap pada posisinya selama sensor panas magnetik masih mempunyai medan magnet dan menempel di bagian bawah panci. Inilah saat-saat nasi sedang dimasak, Led1 menyala.
Setelah sekian waktu panci terpanasi dan begitu juga sensor panas magnetik yang menempel di bagian bawahnya maka air di dalam panci akan menyusut drastis, menandakan nasi sudah siap matang. Sensor panas magnetik akan mendapatkan limpahan panas yang lebih besar dari panci hingga hilang sifat kemagnetannya. Pada saat itulah tangkai pemindah posisi akan jatuh ke posisi bawah (posisi “warm”) karena sensor panas magnetik sudah tidak menempel lagi pada panci. Led2 akan menyala yang menandakan memasak telah selesai.
Pada posisi warm itu, tombol kecil yang ada pada leaf-switch tertekan oleh tangkai pemindah posisi yang jatuh ke bawah sehingga kontak pun berpindah sambungan. Kontak leaf-switch kini menyambungkan sumber AC 220V kepada elemen penghangat (warming-element). Namun di situ ada reed-relay (relay lidi) yang berada di dalam sebuah magnet silindris yang menempel pada sisi bagian dalam rice-cooker.
Akibat terkena panas pada tinggi tertentu magnet silindris ini akan kehilangan sifat kemagnetannya sehingga reed-relay memutus sambungan ke elemen penghangat. Nasi tidak dihangatkan apabila panas masih tinggi.
Apabila suhu telah turun hingga ke batas minimal tertentu, maka magnet silindris akan kembali mempunyai medan magnet yang cukup untuk menggerakkan kontak reed-relay menyambungkan tegangan AC 220V kepada elemen penghangat.
Penghangatan nasi baru mulai terjadi pada poin ini.
Kerusakan umum rice-cooker.
Sebelumnya perlu dikenali terlebih dahulu bagian-bagian dari rice-cooker, perhatikanlah gambar berikut :
A adalah thermal-fuse, B adalah terminal-terminal elemen pemanas (heating-element), C adalah Leaf-switch, dan D adalah ujung tangkai pemindah posisi di mana sensor panas magnetik tertaut.
Di antara kerusakan rice-cooker yang sering terjadi adalah :
Kerusakan pada poin kedua disebabkan karena sensor panas magnetik sudah tidak bagus lagi kemagnetannya. Dengan mengganti sensor panas magnetik dengan yang baru (bukan yang bekas) maka proses memasak akan kembali normal. Perhatikanlah dengan baik bagaimana sensor panas magnetik itu tertaut kepada tangkai pemindah posisi. Lepaskanlah dengan hati-hati dan pasang yang baru persis sebagaimana pemasangan yang lama.
Terakhir, perlu dilakukan pengetesan terhadap elemen pemanas agar penggantian komponen yang rusak tidak sia-sia. Gunakan AVO-meter pada posisi Ohm X10, tempelkan kedua ujung tuas AVO-meter kepada dua terminal elemen pemanas. Apabila jarum penunjuk AVO-meter bergerak, berarti elemen pemanas masih baik.
Tetapi apabila jarum penunjuk tidak bergerak maka tidak perlu repot-repot mengganti komponen yang rusak, cukup ucapkan saja selamat tinggal kepada rice-cooker....
Keep happy repairing!
http://elektronikaspot.blogspot.com/2014/11/memperbaiki-rice-cooker.html
Pada tulisan sebelumnya telah dibahas tentang bagaimana memperbaiki water dispenser, dalam : Memperbaiki Water Dispenser.
Lanjutannya kali ini mungkin akan menjadi tidak terlalu sulit lagi jika sudah mulai terbiasa membongkar-pasang peralatan elektronik.
Bagian elektrik rice-cooker tidaklah terlalu rumit.
Tetapi sebagai awalan yang tepat dalam tekhnik reparasi peralatan elektronik apapun, ada baiknya untuk bisa mengerti (meskipun sedikit) tentang cara kerja peralatan elektronik yang akan diperbaiki.
Gambar di atas adalah skema elektrik salah satu tipe rice-cooker berikut magic-jar yang banyak beredar di pasaran.
Bagian elektrik terpenting dari rice-cooker adalah “leaf-switch”, sensor panas magnetik, dan “heating-element” (elemen pemanas).
Leaf-switch adalah saklar utama yang terkait dengan tuas/tangkai pemindah posisi “cook” (memasak) atau “warm” (menghangatkan). Apabila tangkai pemindah posisi ditekan ke bawah (posisi “cook”) maka kontak leaf-switch akan menyambungkan sumber AC 220V ke elemen pemanas untuk memasak (heating-element). Elemen pemanas ini akan memanasi logam tempat duduk panci dengan panas yang tinggi. Panci nasi dari besi yang berisi beras dan air akan terpanasi pada bagian bawahnya, sementara itu sensor panas magnetik yang berada di tengah lubang logam tempat duduk panci akan menempel pada bagian bawah-tengah panci karena sifat kemagnetannya. Sensor panas magnetik tertaut kepada ujung tangkai pemindah posisi. Dengan demikian tangkai pemindah posisi akan tetap pada posisinya selama sensor panas magnetik masih mempunyai medan magnet dan menempel di bagian bawah panci. Inilah saat-saat nasi sedang dimasak, Led1 menyala.
Setelah sekian waktu panci terpanasi dan begitu juga sensor panas magnetik yang menempel di bagian bawahnya maka air di dalam panci akan menyusut drastis, menandakan nasi sudah siap matang. Sensor panas magnetik akan mendapatkan limpahan panas yang lebih besar dari panci hingga hilang sifat kemagnetannya. Pada saat itulah tangkai pemindah posisi akan jatuh ke posisi bawah (posisi “warm”) karena sensor panas magnetik sudah tidak menempel lagi pada panci. Led2 akan menyala yang menandakan memasak telah selesai.
Pada posisi warm itu, tombol kecil yang ada pada leaf-switch tertekan oleh tangkai pemindah posisi yang jatuh ke bawah sehingga kontak pun berpindah sambungan. Kontak leaf-switch kini menyambungkan sumber AC 220V kepada elemen penghangat (warming-element). Namun di situ ada reed-relay (relay lidi) yang berada di dalam sebuah magnet silindris yang menempel pada sisi bagian dalam rice-cooker.
Akibat terkena panas pada tinggi tertentu magnet silindris ini akan kehilangan sifat kemagnetannya sehingga reed-relay memutus sambungan ke elemen penghangat. Nasi tidak dihangatkan apabila panas masih tinggi.
Apabila suhu telah turun hingga ke batas minimal tertentu, maka magnet silindris akan kembali mempunyai medan magnet yang cukup untuk menggerakkan kontak reed-relay menyambungkan tegangan AC 220V kepada elemen penghangat.
Penghangatan nasi baru mulai terjadi pada poin ini.
Kerusakan umum rice-cooker.
Sebelumnya perlu dikenali terlebih dahulu bagian-bagian dari rice-cooker, perhatikanlah gambar berikut :
A adalah thermal-fuse, B adalah terminal-terminal elemen pemanas (heating-element), C adalah Leaf-switch, dan D adalah ujung tangkai pemindah posisi di mana sensor panas magnetik tertaut.
Di antara kerusakan rice-cooker yang sering terjadi adalah :
- 1.Tidak bisa memasak dan tidak bisa menghangatkan (disfungsi total).
- 2.Nasi belum matang tetapi tangkai pemindah posisi sudah kembali ke posisi warm.
Kerusakan pada poin kedua disebabkan karena sensor panas magnetik sudah tidak bagus lagi kemagnetannya. Dengan mengganti sensor panas magnetik dengan yang baru (bukan yang bekas) maka proses memasak akan kembali normal. Perhatikanlah dengan baik bagaimana sensor panas magnetik itu tertaut kepada tangkai pemindah posisi. Lepaskanlah dengan hati-hati dan pasang yang baru persis sebagaimana pemasangan yang lama.
Terakhir, perlu dilakukan pengetesan terhadap elemen pemanas agar penggantian komponen yang rusak tidak sia-sia. Gunakan AVO-meter pada posisi Ohm X10, tempelkan kedua ujung tuas AVO-meter kepada dua terminal elemen pemanas. Apabila jarum penunjuk AVO-meter bergerak, berarti elemen pemanas masih baik.
Tetapi apabila jarum penunjuk tidak bergerak maka tidak perlu repot-repot mengganti komponen yang rusak, cukup ucapkan saja selamat tinggal kepada rice-cooker....
Keep happy repairing!
http://elektronikaspot.blogspot.com/2014/11/memperbaiki-rice-cooker.html
Memperbaiki Water Dispenser
Memperbaiki “water-dispenser” tidaklah terlalu rumit, ia bisa diperbaiki
walaupun oleh orang yang belum banyak mengerti tentang elektronik.
Skema dasar dispenser diperlihatkan pada gambar berikut :
Gambar di atas adalah skema elektronik water-dispenser standar yang hanya mempunyai fungsi pemanas (hot water-dispenser).
Bagian elektrik terpenting dispenser adalah main-switch (saklar utama) yang biasanya berada di bagian belakang sebelah kanan atas, thermostat mekanik (saklar-off peka suhu) yang menempel pada body tabung pemanas air, dan heating-element (elemen pemanas) yang berada di dalam tabung pemanas air.
Main-switch (switch utama) adalah saklar untuk mengaktifkan bagian pemanas pada dispenser. Ketika saklar ini ditaruh pada posisi on maka arus listrik akan mengalir ke rangkaian pemanas. Dalam kondisi normal thermostat akan menyambungkan sehingga heating-element mendapatkan aliran arus listrik. Proses pemanasan air di dalam tabung pemanas pun dimulai. Lampu indikator merah lalu menyala.
Ketika suhu air di dalam tabung pemanas telah mencapai 70 atau 85ºC (tergantung type thermostat yang digunakan) thermostat akan memutus aliran arus ke heating-element. Proses pemanasan air di dalam tabung pemanas lalu dihentikan dan lampu indikator hijau kemudian menyala. Pemanasan air di dalam tabung pemanas akan kembali terjadi apabila suhu air telah merosot beberapa derajat dari 70 atau 85ºC, yaitu dengan aktifnya kembali thermostat menyambungkan dan memberi aliran arus listrik kepada heating-element.
Kerusakan umum water-dispenser.
Kerusakan yang akan dibicarakan di sini adalah kerusakan yang sifatnya “elektris” dan bukan kerusakan fisik seperti kran air yang patah atau slang air ke tabung pemanas yang bocor. Kerusakan elektris dispenser yang sering terjadi adalah rusaknya main-switch atau tidak berfungsinya thermostat. Apabila main-switch rusak maka lampu indikator apapun tidak ada yang menyala (Led 1 sampai dengan Led 4 semuanya mati). Dan apabila thermostat rusak maka lampu indikator power (Led 3) tetap menyala, namun indikator pemanas merah dan hijau (Led 1 dan Led 2) tidak menyala.
Main-switch bisa diganti sendiri dengan membelinya di toko spare-parts elektronik, begitu juga dengan thermostat. Cabut saja komponen yang rusak dan bawa contohnya ke toko elektronik untuk mendapatkan penggantinya. Jika tidak ada yang persis sama maka dapat diganti dengan type ekuivalen yang mendekati sama, yang penting ketika dipasang ke tempatnya bisa pas tanpa ada masalah.
Sebagian water-dispenser menggunakan thermostat mekanik dengan sensor suhu 70ºC sedangkan sebagian lagi menggunakan sensor suhu 85ºC. Bahkan ada juga yang menggunakan sensor suhu 95ºC (mendekati titik didih). Dalam hal ini tidak terlalu masalah mengganti heat-switch 70ºC dengan yang 85ºC atau sebaliknya. Akan tetapi jika thermostat aslinya adalah 70ºC sedangkan penggantinya adalah 95ºC sebaiknya dipertimbangkan ulang untuk menggantinya, sebab dikhawatirkan material fisik yang bersinggungan langsung dengan air yang dipanaskan tidak dibuat untuk tahan terhadap suhu setinggi itu dalam penggunaan yang lama.
Memastikan kerusakan water-dispenser.
Meskipun telah bisa diketahui tentang ciri kerusakan main-switch dan ciri kerusakan thermostat, ada baiknya kerusakan itu dipastikan lagi agar tidak ada keraguan tentangnya.
Yang pertama dilakukan adalah melihat perkabelan yang tersambung ke main-switch atau thermostat, adakah yang lepas atau putus karena gigitan binatang seperti kecoak atau tikus-tikus kecil. Bisa jadi kerusakan disebabkan oleh hal itu. Jika tidak ada masalah maka dilakukan pengetesan terhadap main-switch atau thermostat.
Gunakan AVO-meter pada posisi Ohm X1 dan lakukan pengetesan kontak. Ketika melakukan pengetesan sambungan ke sumber AC 220V harus dilepas terlebih dahulu, jangan sampai lupa.
Mengetest main-switch adalah dengan cara menempelkan kedua tuas AVO-meter ke pin-pin sambungan main-switch lalu ia di-on-kan. Apabila jarum tester terlihat bergerak maka main-switch dalam keadaan baik, jika tidak maka berarti main-switch sudah rusak dan perlu diganti.
Mengetest thermostat adalah dengan cara menempelkan kedua tuas AVO-meter ke pin-pin sambungannya. Apabila jarum tester terlihat tidak bergerak maka dipastikan thermostat telah rusak dan perlu diganti.
Terakhir, sebelum mengganti komponen yang rusak pastikan bahwa heating-element tidak rusak (putus). Test pada kedua terminal heating-element (ada di bagian bawah tabung pemanas air) dengan AVO-meter OhmX10. Apabila jarum tester bergerak (meskipun tidak penuh) maka berarti heating-element masih bagus.
Pengetesan heating-element cukup perlu agar tidak sia-sia mengganti komponen yang rusak, sebab jika heating-element sudah rusak tidak ada perlunya lagi mengganti main-switch atau thermostat.
Cukup ucapkan saja selamat tinggal kepada dispenser...
http://elektronikaspot.blogspot.com/2014/11/memperbaiki-water-dispenser.html
Keep happy repairing!
Gambar di atas adalah skema elektronik water-dispenser standar yang hanya mempunyai fungsi pemanas (hot water-dispenser).
Bagian elektrik terpenting dispenser adalah main-switch (saklar utama) yang biasanya berada di bagian belakang sebelah kanan atas, thermostat mekanik (saklar-off peka suhu) yang menempel pada body tabung pemanas air, dan heating-element (elemen pemanas) yang berada di dalam tabung pemanas air.
Main-switch (switch utama) adalah saklar untuk mengaktifkan bagian pemanas pada dispenser. Ketika saklar ini ditaruh pada posisi on maka arus listrik akan mengalir ke rangkaian pemanas. Dalam kondisi normal thermostat akan menyambungkan sehingga heating-element mendapatkan aliran arus listrik. Proses pemanasan air di dalam tabung pemanas pun dimulai. Lampu indikator merah lalu menyala.
Ketika suhu air di dalam tabung pemanas telah mencapai 70 atau 85ºC (tergantung type thermostat yang digunakan) thermostat akan memutus aliran arus ke heating-element. Proses pemanasan air di dalam tabung pemanas lalu dihentikan dan lampu indikator hijau kemudian menyala. Pemanasan air di dalam tabung pemanas akan kembali terjadi apabila suhu air telah merosot beberapa derajat dari 70 atau 85ºC, yaitu dengan aktifnya kembali thermostat menyambungkan dan memberi aliran arus listrik kepada heating-element.
Kerusakan umum water-dispenser.
Kerusakan yang akan dibicarakan di sini adalah kerusakan yang sifatnya “elektris” dan bukan kerusakan fisik seperti kran air yang patah atau slang air ke tabung pemanas yang bocor. Kerusakan elektris dispenser yang sering terjadi adalah rusaknya main-switch atau tidak berfungsinya thermostat. Apabila main-switch rusak maka lampu indikator apapun tidak ada yang menyala (Led 1 sampai dengan Led 4 semuanya mati). Dan apabila thermostat rusak maka lampu indikator power (Led 3) tetap menyala, namun indikator pemanas merah dan hijau (Led 1 dan Led 2) tidak menyala.
Main-switch bisa diganti sendiri dengan membelinya di toko spare-parts elektronik, begitu juga dengan thermostat. Cabut saja komponen yang rusak dan bawa contohnya ke toko elektronik untuk mendapatkan penggantinya. Jika tidak ada yang persis sama maka dapat diganti dengan type ekuivalen yang mendekati sama, yang penting ketika dipasang ke tempatnya bisa pas tanpa ada masalah.
Sebagian water-dispenser menggunakan thermostat mekanik dengan sensor suhu 70ºC sedangkan sebagian lagi menggunakan sensor suhu 85ºC. Bahkan ada juga yang menggunakan sensor suhu 95ºC (mendekati titik didih). Dalam hal ini tidak terlalu masalah mengganti heat-switch 70ºC dengan yang 85ºC atau sebaliknya. Akan tetapi jika thermostat aslinya adalah 70ºC sedangkan penggantinya adalah 95ºC sebaiknya dipertimbangkan ulang untuk menggantinya, sebab dikhawatirkan material fisik yang bersinggungan langsung dengan air yang dipanaskan tidak dibuat untuk tahan terhadap suhu setinggi itu dalam penggunaan yang lama.
Memastikan kerusakan water-dispenser.
Meskipun telah bisa diketahui tentang ciri kerusakan main-switch dan ciri kerusakan thermostat, ada baiknya kerusakan itu dipastikan lagi agar tidak ada keraguan tentangnya.
Yang pertama dilakukan adalah melihat perkabelan yang tersambung ke main-switch atau thermostat, adakah yang lepas atau putus karena gigitan binatang seperti kecoak atau tikus-tikus kecil. Bisa jadi kerusakan disebabkan oleh hal itu. Jika tidak ada masalah maka dilakukan pengetesan terhadap main-switch atau thermostat.
Gunakan AVO-meter pada posisi Ohm X1 dan lakukan pengetesan kontak. Ketika melakukan pengetesan sambungan ke sumber AC 220V harus dilepas terlebih dahulu, jangan sampai lupa.
Mengetest main-switch adalah dengan cara menempelkan kedua tuas AVO-meter ke pin-pin sambungan main-switch lalu ia di-on-kan. Apabila jarum tester terlihat bergerak maka main-switch dalam keadaan baik, jika tidak maka berarti main-switch sudah rusak dan perlu diganti.
Mengetest thermostat adalah dengan cara menempelkan kedua tuas AVO-meter ke pin-pin sambungannya. Apabila jarum tester terlihat tidak bergerak maka dipastikan thermostat telah rusak dan perlu diganti.
Terakhir, sebelum mengganti komponen yang rusak pastikan bahwa heating-element tidak rusak (putus). Test pada kedua terminal heating-element (ada di bagian bawah tabung pemanas air) dengan AVO-meter OhmX10. Apabila jarum tester bergerak (meskipun tidak penuh) maka berarti heating-element masih bagus.
Pengetesan heating-element cukup perlu agar tidak sia-sia mengganti komponen yang rusak, sebab jika heating-element sudah rusak tidak ada perlunya lagi mengganti main-switch atau thermostat.
Cukup ucapkan saja selamat tinggal kepada dispenser...
http://elektronikaspot.blogspot.com/2014/11/memperbaiki-water-dispenser.html
Keep happy repairing!
Memperbaiki Setrika Listrik
Kebanyakan
setrika listrik yang rusak sebenarnya masih bisa diperbaiki dengan
mudah, kerusakannya rata-rata hanya itu-itu saja. Namun karena orang
enggan atau mungkin tidak mengerti bagaimana cara memperbaikinya maka
banyak setrika listrik yang kelihatannya masih mulus statusnya sudah
berubah menjadi “bangkai” peralatan elektronik, padahal belum tentu ia
layak untuk dianggap sebagai bangkai...
Tentang dan cara kerja setrika listrik.
Sedikit uraian tentang setrika listrik yang akan dijelaskan di sini mungkin dapat membantu memberikan gambaran sehingga mempermudah bagi mereka yang mau mencoba untuk belajar memperbaiki setrika listrik.
Cara kerja setrika listrik sebenarnya sama saja dengan cara kerja peralatan elektronik lainnya yang menghasilkan panas dengan energi listrik. Dasarnya adalah memanfaatkan panas yang ditimbulkan oleh kawat nikelin ketika dialiri listrik. Serupa dengan itu peralatan elektronik lain yang juga memanfaatkan panas kawat nikelin ketika dialiri listrik adalah : Solder listrik, kompor listrik, rice-cooker, hot water-dispenser dan lain-lain.
Pada setrika listrik kawat nikelin dalam ukuran tertentu dililitkan pada suatu wadah. Ukuran dan panjang kawat itu telah ditentukan sedemikian rupa sehingga dari ujung yang satu ke ujung lainnya terdapat resistansi yang akan menentukan bilangan Watt-nya. Ini karena pada kawat nikelin terdapat resistansi jenis yang khas sebagaimana juga pada kawat-kawat dari bahan lainnya (setiap kawat dari bahan yang berbeda mempunyai resistansi jenis yang berbeda-beda pula).
Pada setrika listrik model terdahulu yang tidak mempunyai pengaturan panas otomatis wadah tempat kawat dililitkan berbentuk pipih dan diisolasi dengan menggunakan isolator mika yang tahan terhadap panas tinggi, lalu dijepitkan di antara dua lempeng besi penyalur panas.
Pada setrika listrik otomatis wadah lilitan kawat berbentuk batang dan ditempatkan di dalam selongsong logam berlekuk (mengikuti bentuk setrika). Antara lilitan kawat dengan selongsong berlekuk itu diberi isolasi dari bahan semen khusus, sehingga tidak terjadi kontak listrik antara keduanya. Selongsong berlekuk dengan lilitan kawat nikelin di dalamnya inilah yang disebut dengan elemen pemanas.
Pengaturan panas pada setrika listrik otomatis memanfaatkan sifat besi yang memuai ketika terkena panas dan menyusut ketika dingin. Ada lempengan kecil besi khusus yang sifat pemuaiannya tinggi jika terkena panas (sering disebut automatic-iron) ditempelkan pada satu bagian penyalur panas di badan setrika. Lempengan kecil automatic-iron ini terhubung secara fisik dengan sebuah leaf-switch. Dalam kondisi normal hingga batas suhu tertentu leaf-switch menyambungkan aliran listrik untuk diberikan kepada elemen pemanas sehingga proses pemanasan pun terjadi.
Apabila panas pada setrika telah mencapai suhu tertentu tingkat pemuaian automatic-iron akan mencapai taraf yang mampu untuk menekan leaf-switch sehingga kontaknya akan berpindah dan memutus aliran listrik ke elemen pemanas. Karena itu proses pemanasan pun dihentikan dan suhu setrika akan berangsur-angsur menurun.
Turunnya suhu pada setrika akan membuat automatic-iron kembali menyusut sehingga tekanan kepada leaf-switch berkurang, pada batas tertentu leaf-switch akan kembali menyambungkan aliran listrik untuk elemen pemanas. Begitulah proses otomatisasi pengaturan panas pada setrika listrik.
Derajat panas yang membuat automatic-iron menggerakkan leaf-switch bisa diatur dengan sebuah penyetel kelenturan lempengan automatic-iron, inilah pengatur putar suhu yang terdapat pada setrika listrik.
Untuk melengkapi penjelasan, berikut ini disertakan gambar bagian dalam dari sebuah setrika listrika pada umumnya.
Pada gambar (A) diperlihatkan bagian belakang setrika setelah penutupnya dibuka. Ada tiga terminal sambungan yaitu 1, 2, dan 3.
Terminal 1 adalah terminal untuk menautkan satu kaki elektroda + dari lampu indikator. Terminal ini juga terhubung ke satu elektroda + elemen pemanas dan kontak out leaf-switch.
Terminal 2 adalah terminal “common” (umum) untuk menautkan sambungan common kabel AC dan satu kaki elektroda lampu indikator lainnya. Terminal ini juga terhubung ke elektroda common dari elemen pemanas.
Terminal 3 adalah terminal untuk menautkan sambungan + dari kabel AC. Terminal ini juga terhubung ke kontak in leaf-switch.
Pada gambar (B) diperlihatkan bagian atas setrika setelah knob-putar diangkat/dilepas. Untuk membuka bagian dalam setrika, mur yang terdapat di lubang baut harus dilepas, setelah itu baut-baut pada terminal 1, 2, dan 3 juga harus dibuka untuk melepaskan sambungan-sambungan kabel dan lampu indikator yang tertaut kepadanya.
“a” adalah lampu indikator.
Pada gambar (C) tampak bagian dalam setrika. “b” adalah selongsong berlekuk elemen pemanas, dan “c” adalah lempengan kecil automatic-iron.
Gambar (D) memperlihatkan setelan kelenturan automatic-iron.
Pada gambar (E) diperlihatkan bagian tumpukan di antara leaf-switch. “e” adalah kontak leaf-switch yang tersembunyi di bagian bawah.
Kerusakan umum setrika listrik dan cara memperbaikinya.
Umumnya setrika listrik otomatis mempunyai kerusakan-kerusakan sebagai berikut :
Untuk memastikannya kabel AC setrika perlu di-test, yaitu dengan menggunakan AVO-meter pada posisi OhmX1. Setiap ujung dari kabel AC di-test apakah tersambung ke ujung lainnya. Biasanya salah satu bagian di dalam kabel AC itu ada yang putus.
Jika sudah dapat dipastikan bahwa di dalam kabel AC sudah ada yang putus, ganti saja dengan yang baru.
Perhatikanlah bahwa kabel AC setrika berbeda dengan kabel AC perangkat elektronik lainnya. Ia mempunyai lapisan pelindung panas di sepanjang bagian luarnya, karena itu kabel AC setrika adalah khusus, jika rusak tidak bisa diganti dengan sembarang kabel AC.
Penyebab lain kerusakan pada poin pertama adalah buruknya kondisi kontak leaf-switch.
Kondisi kontak leaf-switch yang buruk bisa diperbaiki dengan cara menyelipkan amplas halus di antara kedua bagian kontak (atas dan bawah) yang saling menempel, lalu digosok-gosok perlahan. Jika sudah dilakukan terhadap satu bagian maka dilakukan kepada bagian lainnya dengan cara membalik permukaan amplas lalu digosok-gosok lagi. Setelah cukup, ada baiknya bagian kontak leaf-switch itu disemprot sedikit dengan pembersih kontak (contact-cleaner).
Perlu dicatat bahwa kasus kontak leaf-switch yang buruk sangat jarang terjadi pada setrika-setrika keluaran merk terkenal. Ini biasanya terjadi pada setrika-setrika murahan dengan kwalitas leaf-switch yang tidak prima.
Kemungkinan kerusakan pada poin kedua hanya bisa disebabkan oleh satu hal : Elemen pemanas yang sudah rusak (putus).
Elemen pemanas dapat di-test dengan AVO-meter pada posisi OhmX1, taruh kedua ujung tuas tester di kedua terminal sambungan elemen pemanas. Jika jarum penunjuk bergerak berarti elemen pemanas masih baik, tetapi jika tidak bergerak maka berarti elemen pemanas sudah rusak.
Elemen pemanas bisa diganti karena dijual di toko-toko listrik/parts elektronik, yang penting bentuknya harus sama agar bisa ditempatkan dengan tepat di alur tempat duduknya.
Mencabut elemen pemanas dapat dilakukan dengan obeng minus yang tipis tetapi kuat, yaitu dengan mencongkelnya dari bagian tepi tempat duduknya sedikit-demi sedikit hingga semuanya keluar. Melakukannnya harus hati-hati agar alur tempat duduk elemen pemanas tidak menjadi cacat.
Kerusakan pada poin ketiga dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu kabel AC yang sudah mulai jelek bagian dalamnya atau buruknya kontak leaf-switch. Ketika setrika bisa panas pastilah disertai dengan menyalanya lampu indikator karena lampu indikator ini paralel langsung dengan elemen pemanas. Untuk mengatasi masalah kabel AC dan kontak leaf-switch sudah dijelaskan di bagian sebelumnya di atas.
Kerusakan pada poin keempat bisa disebabkan karena rusaknya leaf-switch atau setelan batas kelenturan automatic-iron telah berubah.
Leaf-switch yang rusak tidak bisa diganti karena tidak dijual di pasaran. Jika masih ingin membuat setrika dapat berfungsi kembali maka harus dicari leaf-switch bekas dari setrika listrik yang lain yang mungkin sudah tidak dapat diperbaiki lagi, tetapi bagian leaf-switch-nya masih baik. Hati-hati ketika membuka bagian-bagian yang menumpuk di atas leaf-switch. Pisahkan satu demi satu secara perlahan dan ingatlah posisinya semula, jangan sampai lupa ketika akan memasangnya kembali. Ada satu batangan kecil setebal lidi, pendek dan berwarna putih yang merupakan penghubung secara fisik antara automatic-iron dengan leaf-switch terdapat di antara celah di bagian itu. Batangan putih kecil ini tidak boleh hilang, jika hilang maka fungsi otomatis setrika tidak akan dapat difungsikan lagi.
Setelan kelenturan automatic-iron jika berubah dapat disetel ulang dengan obeng minus miniatur. Caranya adalah sebagai berikut :
Gunakan AVO-meter pada posisi OhmX1, tempatkan kedua tuasnya pada terminal 1 dan 2 (lihat gambar bagian A atau C di atas). Putar pengatur panas setrika hingga ke posisi paling kiri (minimum), dalam posisi ini jarum penunjuk AVO-meter tidak boleh bergerak. Jika ternyata bergerak setel ulang pengatur kelenturan automatic-iron dengan obeng minus miniatur, putar perlahan hingga posisi yang tepat di mana terlihat jarum AVO-meter tidak lagi bergerak.
Happy repairing!
http://elektronikaspot.blogspot.com/2015/02/memperbaiki-setrika-listrik.html
Tentang dan cara kerja setrika listrik.
Sedikit uraian tentang setrika listrik yang akan dijelaskan di sini mungkin dapat membantu memberikan gambaran sehingga mempermudah bagi mereka yang mau mencoba untuk belajar memperbaiki setrika listrik.
Cara kerja setrika listrik sebenarnya sama saja dengan cara kerja peralatan elektronik lainnya yang menghasilkan panas dengan energi listrik. Dasarnya adalah memanfaatkan panas yang ditimbulkan oleh kawat nikelin ketika dialiri listrik. Serupa dengan itu peralatan elektronik lain yang juga memanfaatkan panas kawat nikelin ketika dialiri listrik adalah : Solder listrik, kompor listrik, rice-cooker, hot water-dispenser dan lain-lain.
Pada setrika listrik kawat nikelin dalam ukuran tertentu dililitkan pada suatu wadah. Ukuran dan panjang kawat itu telah ditentukan sedemikian rupa sehingga dari ujung yang satu ke ujung lainnya terdapat resistansi yang akan menentukan bilangan Watt-nya. Ini karena pada kawat nikelin terdapat resistansi jenis yang khas sebagaimana juga pada kawat-kawat dari bahan lainnya (setiap kawat dari bahan yang berbeda mempunyai resistansi jenis yang berbeda-beda pula).
Pada setrika listrik model terdahulu yang tidak mempunyai pengaturan panas otomatis wadah tempat kawat dililitkan berbentuk pipih dan diisolasi dengan menggunakan isolator mika yang tahan terhadap panas tinggi, lalu dijepitkan di antara dua lempeng besi penyalur panas.
Pada setrika listrik otomatis wadah lilitan kawat berbentuk batang dan ditempatkan di dalam selongsong logam berlekuk (mengikuti bentuk setrika). Antara lilitan kawat dengan selongsong berlekuk itu diberi isolasi dari bahan semen khusus, sehingga tidak terjadi kontak listrik antara keduanya. Selongsong berlekuk dengan lilitan kawat nikelin di dalamnya inilah yang disebut dengan elemen pemanas.
Pengaturan panas pada setrika listrik otomatis memanfaatkan sifat besi yang memuai ketika terkena panas dan menyusut ketika dingin. Ada lempengan kecil besi khusus yang sifat pemuaiannya tinggi jika terkena panas (sering disebut automatic-iron) ditempelkan pada satu bagian penyalur panas di badan setrika. Lempengan kecil automatic-iron ini terhubung secara fisik dengan sebuah leaf-switch. Dalam kondisi normal hingga batas suhu tertentu leaf-switch menyambungkan aliran listrik untuk diberikan kepada elemen pemanas sehingga proses pemanasan pun terjadi.
Apabila panas pada setrika telah mencapai suhu tertentu tingkat pemuaian automatic-iron akan mencapai taraf yang mampu untuk menekan leaf-switch sehingga kontaknya akan berpindah dan memutus aliran listrik ke elemen pemanas. Karena itu proses pemanasan pun dihentikan dan suhu setrika akan berangsur-angsur menurun.
Turunnya suhu pada setrika akan membuat automatic-iron kembali menyusut sehingga tekanan kepada leaf-switch berkurang, pada batas tertentu leaf-switch akan kembali menyambungkan aliran listrik untuk elemen pemanas. Begitulah proses otomatisasi pengaturan panas pada setrika listrik.
Derajat panas yang membuat automatic-iron menggerakkan leaf-switch bisa diatur dengan sebuah penyetel kelenturan lempengan automatic-iron, inilah pengatur putar suhu yang terdapat pada setrika listrik.
Untuk melengkapi penjelasan, berikut ini disertakan gambar bagian dalam dari sebuah setrika listrika pada umumnya.
Pada gambar (A) diperlihatkan bagian belakang setrika setelah penutupnya dibuka. Ada tiga terminal sambungan yaitu 1, 2, dan 3.
Terminal 1 adalah terminal untuk menautkan satu kaki elektroda + dari lampu indikator. Terminal ini juga terhubung ke satu elektroda + elemen pemanas dan kontak out leaf-switch.
Terminal 2 adalah terminal “common” (umum) untuk menautkan sambungan common kabel AC dan satu kaki elektroda lampu indikator lainnya. Terminal ini juga terhubung ke elektroda common dari elemen pemanas.
Terminal 3 adalah terminal untuk menautkan sambungan + dari kabel AC. Terminal ini juga terhubung ke kontak in leaf-switch.
Pada gambar (B) diperlihatkan bagian atas setrika setelah knob-putar diangkat/dilepas. Untuk membuka bagian dalam setrika, mur yang terdapat di lubang baut harus dilepas, setelah itu baut-baut pada terminal 1, 2, dan 3 juga harus dibuka untuk melepaskan sambungan-sambungan kabel dan lampu indikator yang tertaut kepadanya.
“a” adalah lampu indikator.
Pada gambar (C) tampak bagian dalam setrika. “b” adalah selongsong berlekuk elemen pemanas, dan “c” adalah lempengan kecil automatic-iron.
Gambar (D) memperlihatkan setelan kelenturan automatic-iron.
Pada gambar (E) diperlihatkan bagian tumpukan di antara leaf-switch. “e” adalah kontak leaf-switch yang tersembunyi di bagian bawah.
Kerusakan umum setrika listrik dan cara memperbaikinya.
Umumnya setrika listrik otomatis mempunyai kerusakan-kerusakan sebagai berikut :
- 1.Tidak panas, lampu indikator tidak menyala
- 2.Tidak panas, tetapi lampu indikator menyala
- 3.Kadang-kadang panas kadang-kadang tidak
- 4.Fungsi otomatis tidak bekerja sehingga setrika menjadi terlalu panas.
Untuk memastikannya kabel AC setrika perlu di-test, yaitu dengan menggunakan AVO-meter pada posisi OhmX1. Setiap ujung dari kabel AC di-test apakah tersambung ke ujung lainnya. Biasanya salah satu bagian di dalam kabel AC itu ada yang putus.
Jika sudah dapat dipastikan bahwa di dalam kabel AC sudah ada yang putus, ganti saja dengan yang baru.
Perhatikanlah bahwa kabel AC setrika berbeda dengan kabel AC perangkat elektronik lainnya. Ia mempunyai lapisan pelindung panas di sepanjang bagian luarnya, karena itu kabel AC setrika adalah khusus, jika rusak tidak bisa diganti dengan sembarang kabel AC.
Penyebab lain kerusakan pada poin pertama adalah buruknya kondisi kontak leaf-switch.
Kondisi kontak leaf-switch yang buruk bisa diperbaiki dengan cara menyelipkan amplas halus di antara kedua bagian kontak (atas dan bawah) yang saling menempel, lalu digosok-gosok perlahan. Jika sudah dilakukan terhadap satu bagian maka dilakukan kepada bagian lainnya dengan cara membalik permukaan amplas lalu digosok-gosok lagi. Setelah cukup, ada baiknya bagian kontak leaf-switch itu disemprot sedikit dengan pembersih kontak (contact-cleaner).
Perlu dicatat bahwa kasus kontak leaf-switch yang buruk sangat jarang terjadi pada setrika-setrika keluaran merk terkenal. Ini biasanya terjadi pada setrika-setrika murahan dengan kwalitas leaf-switch yang tidak prima.
Kemungkinan kerusakan pada poin kedua hanya bisa disebabkan oleh satu hal : Elemen pemanas yang sudah rusak (putus).
Elemen pemanas dapat di-test dengan AVO-meter pada posisi OhmX1, taruh kedua ujung tuas tester di kedua terminal sambungan elemen pemanas. Jika jarum penunjuk bergerak berarti elemen pemanas masih baik, tetapi jika tidak bergerak maka berarti elemen pemanas sudah rusak.
Elemen pemanas bisa diganti karena dijual di toko-toko listrik/parts elektronik, yang penting bentuknya harus sama agar bisa ditempatkan dengan tepat di alur tempat duduknya.
Mencabut elemen pemanas dapat dilakukan dengan obeng minus yang tipis tetapi kuat, yaitu dengan mencongkelnya dari bagian tepi tempat duduknya sedikit-demi sedikit hingga semuanya keluar. Melakukannnya harus hati-hati agar alur tempat duduk elemen pemanas tidak menjadi cacat.
Kerusakan pada poin ketiga dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu kabel AC yang sudah mulai jelek bagian dalamnya atau buruknya kontak leaf-switch. Ketika setrika bisa panas pastilah disertai dengan menyalanya lampu indikator karena lampu indikator ini paralel langsung dengan elemen pemanas. Untuk mengatasi masalah kabel AC dan kontak leaf-switch sudah dijelaskan di bagian sebelumnya di atas.
Kerusakan pada poin keempat bisa disebabkan karena rusaknya leaf-switch atau setelan batas kelenturan automatic-iron telah berubah.
Leaf-switch yang rusak tidak bisa diganti karena tidak dijual di pasaran. Jika masih ingin membuat setrika dapat berfungsi kembali maka harus dicari leaf-switch bekas dari setrika listrik yang lain yang mungkin sudah tidak dapat diperbaiki lagi, tetapi bagian leaf-switch-nya masih baik. Hati-hati ketika membuka bagian-bagian yang menumpuk di atas leaf-switch. Pisahkan satu demi satu secara perlahan dan ingatlah posisinya semula, jangan sampai lupa ketika akan memasangnya kembali. Ada satu batangan kecil setebal lidi, pendek dan berwarna putih yang merupakan penghubung secara fisik antara automatic-iron dengan leaf-switch terdapat di antara celah di bagian itu. Batangan putih kecil ini tidak boleh hilang, jika hilang maka fungsi otomatis setrika tidak akan dapat difungsikan lagi.
Setelan kelenturan automatic-iron jika berubah dapat disetel ulang dengan obeng minus miniatur. Caranya adalah sebagai berikut :
Gunakan AVO-meter pada posisi OhmX1, tempatkan kedua tuasnya pada terminal 1 dan 2 (lihat gambar bagian A atau C di atas). Putar pengatur panas setrika hingga ke posisi paling kiri (minimum), dalam posisi ini jarum penunjuk AVO-meter tidak boleh bergerak. Jika ternyata bergerak setel ulang pengatur kelenturan automatic-iron dengan obeng minus miniatur, putar perlahan hingga posisi yang tepat di mana terlihat jarum AVO-meter tidak lagi bergerak.
Happy repairing!
http://elektronikaspot.blogspot.com/2015/02/memperbaiki-setrika-listrik.html
Fungsi Transistor dan Cara Mengukurnya
Fungsi Transistor dan Cara Mengukurnya
Fungsi Transistor
Fungsi-fungsi Transistor diantaranya adalah :- sebagai Penyearah,
- sebagai Penguat tegangan dan daya,
- sebagai Stabilisasi tegangan,
- sebagai Mixer,
- sebagai Osilator
- sebagai Switch (Pemutus dan Penyambung Sirkuit)
Struktur Dasar Transistor
Pada dasarnya, Transistor adalah Komponen Elektronika yang terdiri dari 3 Lapisan Semikonduktor dan memiliki 3 Terminal (kaki) yaitu Terminal Emitor yang disingkat dengan huruf “E”, Terminal Base (Basis) yang disingkat dengan huruf “B” serta Terminal Collector/Kolektor yang disingkat dengan huruf “C”. Berdasarkan strukturnya, Transistor sebenarnya merupakan gabungan dari sambungan 2 dioda. Dari gabungan tersebut , Transistor kemudian dibagi menjadi 2 tipe yaitu Transistor tipe NPN dan Transistor tipe PNP yang disebut juga dengan Transistor Bipolar. Dikatakan Bipolar karena memiliki 2 polaritas dalam membawa arus listrik.NPN merupakan singkatan dari Negatif-Positif-Negatif sedangkan PNP adalah singkatan dari Positif-Negatif-Positif.
Berikut ini adalah gambar tipe Transistor berdasarkan Lapisan Semikonduktor yang membentuknya beserta simbol Transistor NPN dan PNP.
Cara Mengukur Transistor
Kita dapat menggunakan Multimeter Analog maupun Multimeter Digital untuk mengukur ataupun menguji apakah sebuah Transistor masih dalam kondisi yang baik. Perlu diingatkan bahwa terdapat perbedaan tata letak Polaritas (Merah dan Hitam) Probe Multimeter Analog dan Multimeter Digital dalam mengukur/menguji sebuah Transistor.Berikut ini adalah Cara untuk menguji atau mengukur Transistor dengan Mengunakan Multimeter Analog dan Multimeter Digital.
A. Mengukur Transistor dengan Multimeter Analog
Cara Mengukur Transistor PNP dengan Multimeter Analog
- Atur Posisi Saklar pada Posisi OHM (Ω) x1k atau x10k
- Hubungkan Probe Merah pada Terminal Basis (B) dan Probe Hitam pada Terminal Emitor (E), Jika jarum bergerak ke kanan menunjukan nilai tertentu, berarti Transistor tersebut dalam kondisi baik
- Pindahkan Probe Hitam pada Terminal Kolektor (C), jika jarum bergerak ke kanan menunjukan nilai tertentu, berarti Transistor tersebut dalam kondisi baik.
- Atur Posisi Saklar pada Posisi OHM (Ω) x1k atau x10k
- Hubungkan Probe Hitam pada Terminal Basis (B) dan Probe Merah pada Terminal Emitor (E), Jika jarum bergerak ke kanan menunjukan nilai tertentu, berarti Transistor tersebut dalam kondisi baik
- Pindahkan Probe Merah pada Terminal Kolektor (C), jika jarum bergerak ke kanan menunjukan nilai tertentu, berarti Transistor tersebut dalam kondisi baik.
Jika Tata letak Probe dibalikan dari cara yang disebutkan diatas, maka Jarum pada Multimeter Analog harus tidak akan bergerak sama sekali atau “Open”.
B. Mengukur Transistor dengan Multimeter Digital
Pada umumnya, Multimeter Digital memiliki fungsi mengukur Dioda dan Resistansi (Ohm) dalam Saklar yang sama. Maka untuk Multimeter Digital jenis ini, Pengujian Multimeter adalah terbalik dengan Cara Menguji Transistor dengan Menggunakan Multimeter Analog.Cara Mengukur Transistor PNP dengan Multimeter Digital
- Atur Posisi Saklar pada Posisi Dioda
- Hubungkan Probe Hitam pada Terminal Basis (B) dan Probe Merah pada Terminal Emitor (E), Jika Display Multimeter menunjukan nilai Voltage tertentu, berarti Transistor tersebut dalam kondisi baik
- Pindahkan Probe Merah pada Terminal Kolektor (C), jika Display Multimeter nilai Voltage tertentu, berarti Transistor tersebut dalam kondisi baik.
- Atur Posisi Saklar pada Posisi Dioda
- Hubungkan Probe Merah pada Terminal Basis (B) dan Probe Hitam pada Terminal Emitor (E), Jika Display Multimeter menunjukan nilai Voltage tertentu, berarti Transistor tersebut dalam kondisi baik
- Pindahkan Probe Hitam pada Terminal Kolektor (C), jika Display Multimeter menunjukan nilai Voltage tertentu, berarti Transistor tersebut dalam kondisi baik.
Jika Tata letak Probe dibalikan dari cara yang disebutkan diatas, maka Display Multimeter Digital harus tidak akan menunjukan Nilai Voltage atau “Open”
http://teknikelektronika.com/fungsi-transistor-cara-mengukur-transistor/
Pengertian Baterai dan Jenis-jenisnya
Pengertian Baterai dan Jenis-jenisnya
Jenis-jenis Baterai
Setiap Baterai terdiri dari Terminal Positif( Katoda) dan Terminal Negatif (Anoda) serta Elektrolit yang berfungsi sebagai penghantar. Output Arus Listrik dari Baterai adalah Arus Searah atau disebut juga dengan Arus DC (Direct Current). Pada umumnya, Baterai terdiri dari 2 Jenis utama yakni Baterai Primer yang hanya dapat sekali pakai (single use battery) dan Baterai Sekunder yang dapat diisi ulang (rechargeable battery).1. Baterai Primer (Baterai Sekali Pakai/Single Use)
Baterai Primer atau Baterai sekali pakai ini merupakan baterai yang paling sering ditemukan di pasaran, hampir semua toko dan supermarket menjualnya. Hal ini dikarenakan penggunaannya yang luas dengan harga yang lebih terjangkau. Baterai jenis ini pada umumnya memberikan tegangan 1,5 Volt dan terdiri dari berbagai jenis ukuran seperti AAA (sangat kecil), AA (kecil) dan C (medium) dan D (besar). Disamping itu, terdapat juga Baterai Primer (sekali pakai) yang berbentuk kotak dengan tegangan 6 Volt ataupun 9 Volt.Jenis-jenis Baterai yang tergolong dalam Kategori Baterai Primer (sekali Pakai / Single use) diantaranya adalah :
a. Baterai Zinc-Carbon (Seng-Karbon)
Baterai Zinc-Carbon juga disering disebut dengan Baterai “Heavy Duty” yang sering kita jumpai di Toko-toko ataupun Supermarket. Baterai jenis ini terdiri dari bahan Zinc yang berfungsi sebagai Terminal Negatif dan juga sebagai pembungkus Baterainya. Sedangkan Terminal Positifnya adalah terbuat dari Karbon yang berbentuk Batang (rod). Baterai jenis Zinc-Carbon merupakan jenis baterai yang relatif murah dibandingkan dengan jenis lainnya.b. Baterai Alkaline (Alkali)
Baterai Alkaline ini memiliki daya tahan yang lebih lama dengan harga yang lebih mahal dibanding dengan Baterai Zinc-Carbon. Elektrolit yang digunakannya adalah Potassium hydroxide yang merupakan Zat Alkali (Alkaline) sehingga namanya juga disebut dengan Baterai Alkaline. Saat ini, banyak Baterai yang menggunakan Alkalline sebagai Elektrolit, tetapi mereka menggunakan bahan aktif lainnya sebagai Elektrodanya.c. Baterai Lithium
Baterai Primer Lithium menawarkan kinerja yang lebih baik dibanding jenis-jenis Baterai Primer (sekali pakai) lainnya. Baterai Lithium dapat disimpan lebih dari 10 tahun dan dapat bekerja pada suhu yang sangat rendah. Karena keunggulannya tersebut, Baterai jenis Lithium ini sering digunakan untuk aplikasi Memory Backup pada Mikrokomputer maupun Jam Tangan. Baterai Lithium biasanya dibuat seperti bentuk Uang Logam atau disebut juga dengan Baterai Koin (Coin Battery). Ada juga yang memanggilnya Button Cell atau Baterai Kancing.d. Baterai Silver Oxide
Baterai Silver Oxide merupakan jenis baterai yang tergolong mahal dalam harganya. Hal ini dikarenakan tingginya harga Perak (Silver). Baterai Silver Oxide dapat dibuat untuk menghasilkan Energi yang tinggi tetapi dengan bentuk yang relatif kecil dan ringan. Baterai jenis Silver Oxide ini sering dibuat dalam dalam bentuk Baterai Koin (Coin Battery) / Baterai Kancing (Button Cell). Baterai jenis Silver Oxide ini sering dipergunakan pada Jam Tangan, Kalkulator maupun aplikasi militer.2. Baterai Sekunder (Baterai Isi Ulang/Rechargeable)
Baterai Sekunder adalah jenis baterai yang dapat di isi ulang atau Rechargeable Battery. Pada prinsipnya, cara Baterai Sekunder menghasilkan arus listrik adalah sama dengan Baterai Primer. Hanya saja, Reaksi Kimia pada Baterai Sekunder ini dapat berbalik (Reversible). Pada saat Baterai digunakan dengan menghubungkan beban pada terminal Baterai (discharge), Elektron akan mengalir dari Negatif ke Positif. Sedangkan pada saat Sumber Energi Luar (Charger) dihubungkan ke Baterai Sekunder, elektron akan mengalir dari Positif ke Negatif sehingga terjadi pengisian muatan pada baterai. Jenis-jenis Baterai yang dapat di isi ulang (rechargeable Battery) yang sering kita temukan antara lain seperti Baterai Ni-cd (Nickel-Cadmium), Ni-MH (Nickel-Metal Hydride) dan Li-Ion (Lithium-Ion).Jenis-jenis Baterai yang tergolong dalam Kategori Baterai Sekunder (Baterai Isi Ulang) diantaranya adalah :
a. Baterai Ni-Cd (Nickel-Cadmium)
Baterai Ni-Cd (NIcket-Cadmium) adalah jenis baterai sekunder (isi ulang) yang menggunakan Nickel Oxide Hydroxide dan Metallic Cadmium sebagai bahan Elektrolitnya. Baterai Ni-Cd memiliki kemampuan beroperasi dalam jangkauan suhu yang luas dan siklus daya tahan yang lama. Di satu sisi, Baterai Ni-Cd akan melakukan discharge sendiri (self discharge) sekitar 30% per bulan saat tidak digunakan. Baterai Ni-Cd juga mengandung 15% Tosik/racun yaitu bahan Carcinogenic Cadmium yang dapat membahayakan kesehatan manusia dan Lingkungan Hidup. Saat ini, Penggunaan dan penjualan Baterai Ni-Cd (Nickel-Cadmiun) dalam perangkat Portabel Konsumen telah dilarang oleh EU (European Union) berdasarkan peraturan “Directive 2006/66/EC” atau dikenal dengan “Battery Directive”.b. Baterai Ni-MH (Nickel-Metal Hydride)
Baterai Ni-MH (Nickel-Metal Hydride) memiliki keunggulan yang hampir sama dengan Ni-Cd, tetapi baterai Ni-MH mempunyai kapasitas 30% lebih tinggi dibandingkan dengan Baterai Ni-Cd serta tidak memiliki zat berbahaya Cadmium yang dapat merusak lingkungan dan kesehatan manusia. Baterai Ni-MH dapat diisi ulang hingga ratusan kali sehingga dapat menghemat biaya dalam pembelian baterai. Baterai Ni-MH memiliki Self-discharge sekitar 40% setiap bulan jika tidak digunakan. Saat ini Baterai Ni-MH banyak digunakan dalam Kamera dan Radio Komunikasi. Meskipun tidak memiliki zat berbahaya Cadmium, Baterai Ni-MH tetap mengandung sedikit zat berbahaya yang dapat merusak kesehatan manusia dan Lingkungan hidup, sehingga perlu dilakukan daur ulang (recycle) dan tidak boleh dibuang di sembarang tempat.c. Baterai Li-Ion (Lithium-Ion)
Baterai jenis Li-Ion (Lithium-Ion) merupakan jenis Baterai yang paling banyak digunakan pada peralatan Elektronika portabel seperti Digital Kamera, Handphone, Video Kamera ataupun Laptop. Baterai Li-Ion memiliki daya tahan siklus yang tinggi dan juga lebih ringan sekitar 30% serta menyediakan kapasitas yang lebih tinggi sekitar 30% jika dibandingkan dengan Baterai Ni-MH. Rasio Self-discharge adalah sekitar 20% per bulan. Baterai Li-Ion lebih ramah lingkungan karena tidak mengandung zat berbahaya Cadmium. Sama seperti Baterai Ni-MH (Nickel- Metal Hydride), Meskipun tidak memiliki zat berbahaya Cadmium, Baterai Li-Ion tetap mengandung sedikit zat berbahaya yang dapat merusak kesehatan manusia dan Lingkungan hidup, sehingga perlu dilakukan daur ulang (recycle) dan tidak boleh dibuang di sembarang tempat.
http://teknikelektronika.com/pengertian-baterai-jenis-jenis-baterai/
Cara Menghitung Nilai Resistor
Cara Menghitung Nilai Resistor
Cara Membaca Nilai Resistor
– Resistor merupakan komponen penting dan sering dijumpai dalam sirkuit
Elektronik. Boleh dikatakan hampir setiap sirkuit Elektronik pasti ada
Resistor. Tetapi banyak diantara kita yang bekerja di perusahaan
perakitan Elektronik maupun yang menggunakan peralatan Elektronik
tersebut tidak mengetahui cara membaca kode warna ataupun kode angka
yang ada ditubuh Resistor itu sendiri.
Berdasarkan bentuknya dan proses pemasangannya pada PCB, Resistor terdiri 2 bentuk yaitu bentuk Komponen Axial/Radial dan Komponen Chip. Untuk bentuk Komponen Axial/Radial, nilai resistor diwakili oleh kode warna sehingga kita harus mengetahui cara membaca dan mengetahui nilai-nilai yang terkandung dalam warna tersebut sedangkan untuk komponen chip, nilainya diwakili oleh Kode tertentu sehingga lebih mudah dalam membacanya.
Kita juga bisa mengetahui nilai suatu Resistor dengan cara menggunakan alat pengukur Ohm Meter atau MultiMeter. Satuan nilai Resistor adalah Ohm (Ω).
Gelang warna Emas dan Perak biasanya terletak agak jauh dari gelang warna lainnya sebagai tanda gelang terakhir. Gelang Terakhirnya ini juga merupakan nilai toleransi pada nilai Resistor yang bersangkutan.
Tabel dibawah ini adalah warna-warna yang terdapat di Tubuh Resistor :
Masukkan angka langsung dari kode warna Gelang ke-1 (pertama)
Masukkan angka langsung dari kode warna Gelang ke-2
Masukkan Jumlah nol dari kode warna Gelang ke-3 atau pangkatkan angka tersebut dengan 10 (10n)
Merupakan Toleransi dari nilai Resistor tersebut
Contoh :
Gelang ke 1 : Coklat = 1
Gelang ke 2 : Hitam = 0
Gelang ke 3 : Hijau = 5 nol dibelakang angka gelang ke-2; atau kalikan105
Gelang ke 4 : Perak = Toleransi 10%
Maka nilai Resistor tersebut adalah 10 * 105 = 1.000.000 Ohm atau 1 MOhm dengan toleransi 10%.
Masukkan angka langsung dari kode warna Gelang ke-1 (pertama)
Masukkan angka langsung dari kode warna Gelang ke-2
Masukkan angka langsung dari kode warna Gelang k3-3
Masukkan Jumlah nol dari kode warna Gelang ke-4 atau pangkatkan angka tersebut dengan 10 (10n)
Merupakan Toleransi dari nilai Resistor tersebut
Contoh :
Gelang ke 1 : Coklat = 1
Gelang ke 2 : Hitam = 0
Gelang ke 3 : Hijau = 5
Gelang ke 4 : Hijau = 5 nol dibelakang angka gelang ke-2; atau kalikan 105
Gelang ke 5 : Perak = Toleransi 10%
Maka nilai Resistor tersebut adalah 105 * 105 = 10.500.000 Ohm atau 10,5 MOhm dengan toleransi 10%.
Contoh-contoh perhitungan lainnya :
Merah, Merah, Merah, Emas → 22 *102 = 2.200 Ohm atau 2,2 Kilo Ohm dengan 5% toleransi
Kuning, Ungu, Orange, Perak → 47 * 103 = 47.000 Ohm atau 47 Kilo Ohm dengan 10% toleransi
Cara menghitung Toleransi :
2.200 Ohm dengan Toleransi 5% =
2200 – 5% = 2.090
2200 + 5% = 2.310
ini artinya nilai Resistor tersebut akan berkisar antara 2.090 Ohm ~ 2.310 Ohm
Untuk mempermudah menghafalkan warna di Resistor, kami memakai singkatan seperti berikut :
HI CO ME O KU JAU BI UNG A PU
(HItam, COklat, MErah, Orange, KUning. HiJAU, BIru, UNGu, Abu-abu, PUtih)
Contoh :
Kode Angka yang tertulis di badan Komponen Chip Resistor adalah 4 7 3;
Cara pembacaannya adalah :
Masukkan Angka ke-1 langsung = 4
Masukkan Angka ke-2 langsung = 7
Masukkan Jumlah nol dari Angka ke 3 = 000 (3 nol) atau kalikan dengan 103
Maka nilainya adalah 47.000 Ohm atau 47 kilo Ohm (47 kOhm)
Contoh-contoh perhitungan lainnya :
222 → 22 * 102 = 2.200 Ohm atau 2,2 Kilo Ohm
103 → 10 * 103 = 10.000 Ohm atau 10 Kilo Ohm
334 → 33 * 104 = 330.000 Ohm atau 330 Kilo Ohm
Ada juga yang memakai kode angka seperti dibawah ini :
(Tulisan R menandakan letaknya koma decimal)
4R7 = 4,7 Ohm
0R22 = 0,22 Ohm
Keterangan :
Ohm = Ω
Kilo Ohm = KΩ
Mega Ohm = MΩ
1.000 Ohm = 1 kilo Ohm (1 KΩ )
1.000.000 Ohm = 1 Mega Ohm (1 MΩ)
1.000 kilo Ohm = 1 Mega Ohm (1 MΩ)
http://teknikelektronika.com/cara-menghitung-nilai-resistor/
Berdasarkan bentuknya dan proses pemasangannya pada PCB, Resistor terdiri 2 bentuk yaitu bentuk Komponen Axial/Radial dan Komponen Chip. Untuk bentuk Komponen Axial/Radial, nilai resistor diwakili oleh kode warna sehingga kita harus mengetahui cara membaca dan mengetahui nilai-nilai yang terkandung dalam warna tersebut sedangkan untuk komponen chip, nilainya diwakili oleh Kode tertentu sehingga lebih mudah dalam membacanya.
Kita juga bisa mengetahui nilai suatu Resistor dengan cara menggunakan alat pengukur Ohm Meter atau MultiMeter. Satuan nilai Resistor adalah Ohm (Ω).
Cara menghitung nilai Resistor berdasarkan Kode Warna
Seperti yang dikatakan sebelumnya, nilai Resistor yang berbentuk Axial adalah diwakili oleh Warna-warna yang terdapat di tubuh (body) Resistor itu sendiri dalam bentuk Gelang. Umumnya terdapat 4 Gelang di tubuh Resistor, tetapi ada juga yang 5 Gelang.Gelang warna Emas dan Perak biasanya terletak agak jauh dari gelang warna lainnya sebagai tanda gelang terakhir. Gelang Terakhirnya ini juga merupakan nilai toleransi pada nilai Resistor yang bersangkutan.
Tabel dibawah ini adalah warna-warna yang terdapat di Tubuh Resistor :
Perhitungan untuk Resistor dengan 4 Gelang warna :
Masukkan angka langsung dari kode warna Gelang ke-1 (pertama)
Masukkan angka langsung dari kode warna Gelang ke-2
Masukkan Jumlah nol dari kode warna Gelang ke-3 atau pangkatkan angka tersebut dengan 10 (10n)
Merupakan Toleransi dari nilai Resistor tersebut
Contoh :
Gelang ke 1 : Coklat = 1
Gelang ke 2 : Hitam = 0
Gelang ke 3 : Hijau = 5 nol dibelakang angka gelang ke-2; atau kalikan105
Gelang ke 4 : Perak = Toleransi 10%
Maka nilai Resistor tersebut adalah 10 * 105 = 1.000.000 Ohm atau 1 MOhm dengan toleransi 10%.
Perhitungan untuk Resistor dengan 5 Gelang warna :
Masukkan angka langsung dari kode warna Gelang ke-1 (pertama)
Masukkan angka langsung dari kode warna Gelang ke-2
Masukkan angka langsung dari kode warna Gelang k3-3
Masukkan Jumlah nol dari kode warna Gelang ke-4 atau pangkatkan angka tersebut dengan 10 (10n)
Merupakan Toleransi dari nilai Resistor tersebut
Contoh :
Gelang ke 1 : Coklat = 1
Gelang ke 2 : Hitam = 0
Gelang ke 3 : Hijau = 5
Gelang ke 4 : Hijau = 5 nol dibelakang angka gelang ke-2; atau kalikan 105
Gelang ke 5 : Perak = Toleransi 10%
Maka nilai Resistor tersebut adalah 105 * 105 = 10.500.000 Ohm atau 10,5 MOhm dengan toleransi 10%.
Contoh-contoh perhitungan lainnya :
Merah, Merah, Merah, Emas → 22 *102 = 2.200 Ohm atau 2,2 Kilo Ohm dengan 5% toleransi
Kuning, Ungu, Orange, Perak → 47 * 103 = 47.000 Ohm atau 47 Kilo Ohm dengan 10% toleransi
Cara menghitung Toleransi :
2.200 Ohm dengan Toleransi 5% =
2200 – 5% = 2.090
2200 + 5% = 2.310
ini artinya nilai Resistor tersebut akan berkisar antara 2.090 Ohm ~ 2.310 Ohm
Untuk mempermudah menghafalkan warna di Resistor, kami memakai singkatan seperti berikut :
HI CO ME O KU JAU BI UNG A PU
(HItam, COklat, MErah, Orange, KUning. HiJAU, BIru, UNGu, Abu-abu, PUtih)
Cara menghitung nilai Resistor berdasarkan Kode Angka :
Membaca nilai Resistor yang berbentuk komponen Chip lebih mudah dari Komponen Axial, karena tidak menggunakan kode warna sebagai pengganti nilainya. Kode yang digunakan oleh Resistor yang berbentuk Komponen Chip menggunakan Kode Angka langsung jadi sangat mudah dibaca atau disebut dengan Body Code Resistor (Kode Tubuh Resistor)Contoh :
Kode Angka yang tertulis di badan Komponen Chip Resistor adalah 4 7 3;
Cara pembacaannya adalah :
Masukkan Angka ke-1 langsung = 4
Masukkan Angka ke-2 langsung = 7
Masukkan Jumlah nol dari Angka ke 3 = 000 (3 nol) atau kalikan dengan 103
Maka nilainya adalah 47.000 Ohm atau 47 kilo Ohm (47 kOhm)
Contoh-contoh perhitungan lainnya :
222 → 22 * 102 = 2.200 Ohm atau 2,2 Kilo Ohm
103 → 10 * 103 = 10.000 Ohm atau 10 Kilo Ohm
334 → 33 * 104 = 330.000 Ohm atau 330 Kilo Ohm
Ada juga yang memakai kode angka seperti dibawah ini :
(Tulisan R menandakan letaknya koma decimal)
4R7 = 4,7 Ohm
0R22 = 0,22 Ohm
Keterangan :
Ohm = Ω
Kilo Ohm = KΩ
Mega Ohm = MΩ
1.000 Ohm = 1 kilo Ohm (1 KΩ )
1.000.000 Ohm = 1 Mega Ohm (1 MΩ)
1.000 kilo Ohm = 1 Mega Ohm (1 MΩ)
http://teknikelektronika.com/cara-menghitung-nilai-resistor/
Pengertian Microphone (Mikrofon) dan Cara Kerjanya
Pengertian Microphone (Mikrofon) dan Cara Kerjanya
Simbol Mikrofon dalam Rangkaian Elektronika
Cara Kerja Microphone (Mikrofon)
Microphone atau Mikrofon merupakan komponen penting dalam perangkat Elektronik seperti alat bantu pendengaran, perekam suara, penyiaran Radio maupun alat komunikasi lainnya seperti Handphone, Telepon, Interkom, Walkie Talkie serta Home Entertainment seperti Karaoke. Pada dasarnya sinyal listrik yang dihasilkan Microphone sangatlah rendah, oleh karena itu diperlukan penguat sinyal yang biasanya disebut dengan Amplifier. Untuk mengenal lebih jauh dengan Microphone yang hampir setiap hari kita gunakan ini. Berikut ini adalah penjelasan cara kerja microphone (mikrofon) secara singkat :
- Saat kita berbicara, suara kita akan membentuk gelombang suara dan menuju ke Microphone.
- Dalam Microphone, Gelombang suara tersebut akan menabrak diafragma (diaphragm) yang terdiri dari membran plastik yang sangat tipis. Diafragma akan bergetar sesuai dengan gelombang suara yang diterimanya.
- Sebuah Coil atau kumpuran kawat (Voice Coil) yang terdapat di bagian belakang diafragma akan ikut bergetar sesuai dengan getaran diafragma.
- Sebuah Magnet kecil yang permanen (tetap) yang dikelilingi oleh Coil atau Kumparan tersebut akan menciptakan medan magnet seiring dengan gerakan Coil.
- Pergerakan Voice Coil di Medan Magnet ini akan menimbulkan sinyal listrik.
- Sinyal Listrik yang dihasilkan tersebut kemudian mengalir ke Amplifier (Penguat) atau alat perekam suara.
Jenis-jenis Microphone (Mikrofon)
Berdasarkan Teknologi atau Teknik Konversinya dari Energi Akustik (Suara) menjadi Energi Listrik, Mikrofon dapat dibagi menjadi beberapa jenis diantaranya adalah sebagai berikut :- Dynamic Microphone, yaitu Microphone yang bekerja berdasarkan prinsip Induksi Elektromagnetik.
- Condenser Microphone, yaitu Microphone yang diafragmanya terbuat dari bahan logam dan digantungkan pada pelat logam statis dengan jarak yang sangat dekat sehingga keduanya terisolasi menyerupai sebuah Kapasitor. Condenser Microphone disebut juga Capacitor Microphone.
- Electret Microphone, yaitu Microphone jenis Condenser yang memiliki muatan listrik sendiri sehingga tidak memerlukan pencatu daya dari luar.
- Ribbon Microphone, yaitu Microphone yang menggunakan pita tipis dan sensitif yang digantungkan pada medan magnet.
- Crystal Microphone atau Piezoelektris Microphone, yaitu Microphone yang terbuat dari Kristal Aktif yang dapat menimbulkan tegangan sendiri ketika menangkap getaran sehingga tidak memerlukan pencatu daya dari luar. Sumber : http://teknikelektronika.com/pengertian-microphone-mikropon-cara-kerja-mikrofon/
Jenis-jenis Komponen Elektronika beserta Fungsi dan Simbolnya
Jenis-jenis Komponen Elektronika beserta Fungsi dan Simbolnya
Jenis-jenis Komponen Elektronika
Berikut ini merupakan Fungsi dan Jenis-jenis Komponen Elektronika dasar yang sering digunakan dalam Peralatan Elektronika beserta simbolnya.A. Resistor
Resistor atau disebut juga dengan Hambatan adalah Komponen Elektronika Pasif yang berfungsi untuk menghambat dan mengatur arus listrik dalam suatu rangkaian Elektronika. Satuan Nilai Resistor atau Hambatan adalah Ohm (Ω). Nilai Resistor biasanya diwakili dengan Kode angka ataupun Gelang Warna yang terdapat di badan Resistor. Hambatan Resistor sering disebut juga dengan Resistansi atau Resistance.Jenis-jenis Resistor diantaranya adalah :
- Resistor yang Nilainya Tetap
- Resistor yang Nilainya dapat diatur, Resistor Jenis ini sering disebut juga dengan Variable Resistor ataupun Potensiometer.
- Resistor yang Nilainya dapat berubah sesuai dengan intensitas cahaya, Resistor jenis ini disebut dengan LDR atau Light Dependent Resistor
- Resistor yang Nilainya dapat berubah sesuai dengan perubahan suhu, Resistor jenis ini disebut dengan PTC (Positive Temperature Coefficient) dan NTC (Negative Temperature Coefficient)
Gambar dan Simbol Resistor :
B. Kapasitor (Capacitor)
Kapasitor atau disebut juga dengan Kondensator adalah Komponen Elektronika Pasif yang dapat menyimpan energi atau muatan listrik dalam sementara waktu. Fungsi-fungsi Kapasitor (Kondensator) diantaranya adalah dapat memilih gelombang radio pada rangkaian Tuner, sebagai perata arus pada rectifier dan juga sebagai Filter di dalam Rangkaian Power Supply (Catu Daya). Satuan nilai untuk Kapasitor (Kondensator) adalah Farad (F)Jenis-jenis Kapasitor diantaranya adalah :
- Kapasitor yang nilainya Tetap dan tidak ber-polaritas. Jika didasarkan pada bahan pembuatannya maka Kapasitor yang nilainya tetap terdiri dari Kapasitor Kertas, Kapasitor Mika, Kapasitor Polyster dan Kapasitor Keramik.
- Kapasitor yang nilainya Tetap tetapi memiliki Polaritas Positif dan Negatif, Kapasitor tersebut adalah Kapasitor Elektrolit atau Electrolyte Condensator (ELCO) dan Kapasitor Tantalum
- Kapasitor yang nilainya dapat diatur, Kapasitor jenis ini sering disebut dengan Variable Capasitor.
Gambar dan Simbol Kapasitor :
C. Induktor (Inductor)
Induktor atau disebut juga dengan Coil (Kumparan) adalah Komponen Elektronika Pasif yang berfungsi sebagai Pengatur Frekuensi, Filter dan juga sebagai alat kopel (Penyambung). Induktor atau Coil banyak ditemukan pada Peralatan atau Rangkaian Elektronika yang berkaitan dengan Frekuensi seperti Tuner untuk pesawat Radio. Satuan Induktansi untuk Induktor adalah Henry (H).Jenis-jenis Induktor diantaranya adalah :
- Induktor yang nilainya tetap
- Induktor yang nilainya dapat diatur atau sering disebut dengan Coil Variable.
Gambar dan Simbol Induktor :
D. Dioda (Diode)
Diode adalah Komponen Elektronika Aktif yang berfungsi untuk menghantarkan arus listrik ke satu arah dan menghambat arus listrik dari arah sebaliknya. Diode terdiri dari 2 Elektroda yaitu Anoda dan Katoda.Berdasarkan Fungsi Dioda terdiri dari :
- Dioda Biasa atau Dioda Penyearah yang umumnya terbuat dari Silikon dan berfungsi sebagai penyearah arus bolak balik (AC) ke arus searah (DC).
- Dioda Zener (Zener Diode) yang berfungsi sebagai pengamanan rangkaian setelah tegangan yang ditentukan oleh Dioda Zener yang bersangkutan. Tegangan tersebut sering disebut dengan Tegangan Zener.
- LED (Light Emitting Diode) atau Diode Emisi Cahaya yaitu Dioda yang dapat memancarkan cahaya monokromatik.
- Dioda Foto (Photo Diode) yaitu Dioda yang peka dengan cahaya sehingga sering digunakan sebagai Sensor.
- Dioda Schottky (SCR atau Silicon Control Rectifier) adalah Dioda yang berfungsi sebagai pengendali .
- Dioda Laser (Laser Diode) yaitu Dioda yang dapat memancar cahaya Laser. Dioda Laser sering disingkat dengan LD.
Gambar dan Simbol Dioda:
E. Transistor
Transistor merupakan Komponen Elektronika Aktif yang memiliki banyak fungsi dan merupakan Komponen yang memegang peranan yang sangat penting dalam dunia Elektronik modern ini. Beberapa fungsi Transistor diantaranya adalah sebagai Penguat arus, sebagai Switch (Pemutus dan penghubung), Stabilitasi Tegangan, Modulasi Sinyal, Penyearah dan lain sebagainya. Transistor terdiri dari 3 Terminal (kaki) yaitu Base/Basis (B), Emitor (E) dan Collector/Kolektor (K). Berdasarkan strukturnya, Transistor terdiri dari 2 Tipe Struktur yaitu PNP dan NPN. UJT (Uni Junction Transistor), FET (Field Effect Transistor) dan MOSFET (Metal Oxide Semiconductor FET) juga merupakan keluarga dari Transistor.Gambar dan Simbol Transistor :
F. IC (Integrated Circuit)
IC (Integrated Circuit) adalah Komponen Elektronika Aktif yang terdiri dari gabungan ratusan bahkan jutaan Transistor, Resistor dan komponen lainnya yang diintegrasi menjadi sebuah Rangkaian Elektronika dalam sebuah kemasan kecil. Bentuk IC (Integrated Circuit) juga bermacam-macam, mulai dari yang berkaki 3 (tiga) hingga ratusan kaki (terminal). Fungsi IC juga beraneka ragam, mulai dari penguat, Switching, pengontrol hingga media penyimpanan. Pada umumnya, IC adalah Komponen Elektronika dipergunakan sebagai Otak dalam sebuah Peralatan Elektronika. IC merupakan komponen Semi konduktor yang sangat sensitif terhadap ESD (Electro Static Discharge).Sebagai Contoh, IC yang berfungsi sebagai Otak pada sebuah Komputer yang disebut sebagai Microprocessor terdiri dari 16 juta Transistor dan jumlah tersebut belum lagi termasuk komponen-komponen Elektronika lainnya.
Gambar dan Simbol IC (Integrated Circuit) :
G. Saklar (Switch)
Saklar adalah Komponen yang digunakan untuk menghubungkan dan memutuskan aliran listrik. Dalam Rangkaian Elektronika, Saklar sering digunakan sebagai ON/OFF dalam peralatan Elektronika.Gambar dan Simbol Saklar (Switch) :
Mengenal Power Suply
Mengenal Power Suply-Coba bayangkan apabila anda
menghidupkan Mini compo menggunakan batu
baterai?tentu boros bukan.Untuk menghidupkan mini compo biasanya membutuhkan
tegangan 12 volt setara dengan 6 buah baterai dengan harga batu baterai Rp.5000/
pcs berarti anda harus mengeluarkan biaya Rp.30000 itu saja daya tahannya
terbatas.Untungnya peralatan elektonika kebanyakan telah menyediakan fitur AC/DC
maksudnya selain bisa menggunakan sumber tegangan DC seperti Batu baterai atau Aki juga bisa langsung dicolokan ke
sumber tegangan AC misalnya Listrik PLN.
Lantas kalau
menggunakan tegangan 220 volt apakah berarti peralatan tersebut menggunakan
tegangan 220 volt?Tentu tidak.Sebagai contoh Mini compo tadi ,sebenarnya
walaupun peralatan tersebut menggunakan
listrik PLN sebenarnya yang digunakan tetap 12 volt.Lho kok Bisa?ya tentu saja
bisa karena didalam Mini compo tersebut terdapat alat yang bisa mengubah sumber listrik AC menjadi DC dan menurunkan
tegangan sesuai dengan kebutuhan.Alat tersebut dalam dunia elektronika disebut
dengan Power supply atau biasanya orang menyebut Adaptor.Contoh yang paling
mudah adalah Charger Handphone.
Nah pada
kesempatan kali ini saya akan mencoba menjelaskan secara ringkas cara kerja
dari power supply.
3 Bagian penting Power suply
1.Penurun tegangan.Tugas ini dikerjakan
oleh komponen transformator step down singkatnya tegangan 220 volt PLN
diturunkan menjadi beberapa volt saja Namun masih berupa tegangan AC.
2.Penyearah.Karena peralatan elektronika
membutuhkan tegangan DC oleh karenanya
tegangan yang sudah diturunkan tadi harus disearahkan dulu menjadi
tegangan DC.Tugas ini dikerjakan oleh komponen Dioda umumnya menggunakan Dioda
Bridge
3.Perata.Setelah melewati Dioda tegangan
menjadi DC namun hasilnya belum rata misalkan langsung digunakan untuk
rangkaian audio akan menimbulkan noise/dengung.Untuk itu diperlukan perata
tegangan .Tugasnya dikerjakan oleh komponen yang berupa Kondensator.
Setelah
melewati 3 proses tersebut tegangan sudah bisa digunakan sesuai kebutuhan.Namun
terkadang ada rangkain yang membutuhkan tegangan yang stabil seperti pada
rangkaian digital,Radio FM tuner dan lain-lain oleh sebab itu tegangan yang
digunakan harus benar-benar stabil.Untuk itu sangat diperlukan regulator
tegangan yang bisa menstabilkan tegangan saat tegangan PLN Naik turun.Umumnya komponen untuk regulator
tegangan menggunakan IC misalnya IC LM
7812.
Apabila
anda pemula setelah anda mengetahui PeralatanKerja,Komponen dasar elektronika
pengetahuan berikutnya yang harus anda miliki yaitu tentang power supply
ini.Artinya sebelum anda mulai praktek membuat rangkaian yang lain anda
terlebih dahulu menguasai power supply.
Demikian
Informasi tentang Mengenal Power Suply
Semoga bermanfaat Dan Terima Kasih atas Kunjungannya.
http://bisaelektronika.blogspot.com/2013/05/mengenal-power-suply.html
Menentukan kaki transistor
Salah
satu hal yang perlu diperhatikan ketika anda merakit rangkaian elektronika
adalah menentukan kaki transistor.Kita
tidak boleh asal2an,sebab kalau anda salah pasang dijamin rangkaian tidak akan bekerja
bisa jadi transistor malah rusak setelah kemasukan tegangan.Menurut saya cara
ini efektif sudah sering dicoba hasilnya memuaskan.Cara ini saya dapatkan
ketika mengikuti pelatihan teknisi elektronika di Balai Latihan Kerja(BLK)
Depnaker.
Alat yang
dibutuhkan untuk menentukan kaki
transistor adalah multimeter analog.Langkah langkahnya sbb:
1.Stel
skala pada posisi ohmmeter Rx1/Rx10/Rx1k
2.Stel
jarum keangka 0
3.Tentukan
kaki Basis(B) terlebih dahulu,caranya sbb:
a.Anggap
saja kaki yang paling kiri no.1 tengah no.2 yang paling kanan no.3
b.Colok
merah dikaki no.1,colok hitam secara bergantian di no.2 dan 3,jika jarum
bergerak kekanan menunjukkan angka ohm yang kecil(dibawah 5 atau sama atau
hampir sama ) maka kaki 1 adalah Basis sedangkan untuk kaki no.2 dan 3 berarti
Kolektor(C) dan Emitor(E).
Bila
jarum tidak bergerak menunjukkan angka ohm yang kecil pindahkan colok merah
kekaki no.2,colok hitam secara bergantian dikaki no.1 dan 3 atau bisa juga
colok merah dikaki no.3 colok hitam secara bergantian dikaki no.1 dan 2 sampai
jarum menunjuk pada angka ohm yang kecil.
Setelah kaki Basis diketahui maka untuk mentukan kaki
Emitor,caranya sbb:
1.Stel
skala pada posisi Rx10k
2.Stel jarum
keangka 0
3.Letakkan
colok merah dikaki no.3,hitam dikaki Basis misalnya kaki no.1, catat nilai ohm.
4.Letakkan
colok merah dikaki no.2,hitam dikaki no.1 catat nilai ohm.
Bila nilai ohm pada point 3 lebih kecil dari
pada point 4 maka kaki no.3 adalah Emitor,otomatis kaki no.2 adalah Kolektor
B.Transistor
jenis NPN
Caranya sama hanya coloknya dibalik.
1.Stel
saklar posisi ohmmeter Rx1/Rx10/Rx1k
2.Stel
jarum keangka 0
3.Tentukan
kaki Basis(B) terlebih dahulu,caranya sbb:
a.Anggap
saja kaki yang paling kiri no.1 tengah no.2 yang paling kanan no.3
b.Colok
hitam dikaki no.1,colok merah secara bergantian di no.2 dan 3,jika jarum
bergerak kekanan menunjukkan angka ohm yang kecil(dibawah 5 atau sama atau
hampir sama ) maka kaki 1 adalah Basis sedangkan untuk kaki no.2 dan 3 berarti
Kolektor(C) dan Emitor(E).
Bila
jarum tidak bergerak menunjukkan angka ohm yang kecil pindahkan colok hitam
kekaki no.2,colok merah secara bergantian dikaki no.1 dan 3 atau bisa juga
colok hitam dikaki no.3 colok merah secara bergantian dikaki no.1 dan 2 sampai
jarum menunjuk pada angka ohm yang kecil.
Setelah
kaki basis diketahui maka untuk mentukan kaki emitor,caranya sbb:
1.Stel
skala pada posisi Rx10k
2.Stel
jarum keangka 0
3.Letakkan
colok hitam dikaki no.3,merah dakaki Basis misalnya kaki no.1 catat nilai ohm.
4.Letakkan
colok hitam dikaki no.2,merah dikaki no.1 catat nilai ohm.
Bila nilai ohm pada point 3 lebih kecil dri
pada point 4 maka kaki no.3 adalah Emitor,otomatis kaki no.2 adalah Kolektor
Saya rasa
anda tidak akan menemui kesulitan untuk mempraktekan cara menentukan kaki transistor ini.Mudah2an artikel saya bermanfaat
untuk anda semua.Kritik dan saran yang bersifat membangun akan saya terima
dengan senang hati.Sampai jumpa lagi dengan artikel2 berikutnya.
http://bisaelektronika.blogspot.com/2011/12/menentukan-kaki-transistor.html
Cara Mengukur Tegangan DC
Cara Mengukur Tegangan
DC-Salah satu kemampuan yang harus dikuasai oleh para hobiist elektronika
yaitu mengukur tegangan DC.Seberapa pentingkah sehingga harus dikuasai?Sangat
Vital.Perlu anda ketahui sebagian besar peralatan elektronika menggunakan tegangan
DC Walaupun saat ini peralatan elektronika sudah terintegrasi dengan Power Suply yang mampu mengubah tegangan AC menjadi tegangan DC namun pada dasarnya
yang dibutuhkan oleh rangakaian peralatan elektronika adalah tegangan
DC.Bekerja atau tidaknya suatu peralatan elektronika tergantung dari tegangan
yang masuk keperalatan tersebut kalau tegangannya sesuai otomatis
langsung bekerja Namun kalau tegangannya kurang atau lebih kemungkinan
peralatan tidak bisa bekerja bahkan kalau tegangannyaberlebihan bisa merusak komponen.Bagaimana Anda tahu
kalau tegangannya sudah sesuai dengan kebutuhan rangkaian? Tentu dengan mengukur
tegangan tersebut Bukan?Lalu bagaimana cara mengukur tegangan DC? Peralatan
yang digunakan adalah Multimeter(Digital/Analog) langkah-langkahnya sebagai
berikut.
Cara Mengukur tegangan Baterai atau Accu
Peralatan yang digunakan adalah Multimeter(Digital/Analog)
caranya sebagai berikut;
1.Perkirakan berapa besar tegangan yang hendak anda ukur
misalnya 12 volt.
2.Putar sakelar multimeter pada posisi diatas perkiraan yaitu DCV 50
3.Tempelkan colok merah
multimeter kepada Kutub positif Baterai/Accu dan Kabel hitam multimeter kepada
Kutub negatif baterai/accu.Ingat jangan sampai terbalik!
4.Jarum akan bergerak kekanan menunjuk angka tertentu.
Cara mengukur
Tegangan Power suply/Adaptor.
1.Perkirakan berapa besar tegangan yang hendak anda ukur
misalnya 12 volt
2.Putar sakelar multimeter pada posisi datas perkiraan yaitu
DCV 50
3.Tempelkan colok merah multimeter kepada keluaran positif (Biasanya
kabel merah) Colok hitam multimeter
kepada keluaran negatif(Biasanya kabel hitam).
4.Jarum akan bergerak kekanan menunjuk angka tertentu.
Cara Mengukur Tegangan Dalam Rangkaian.
Cara Mengukur tegangan dalam rangkaian agak sedikit berbeda
terutama jika rangkaian tersebut bagian
power suplynya menyatu dengan bagian lainnya misalnya pada Televisi,Mini compo,Hi-fi
sehingga memerlukan kemampuan dalam
membaca jalur rangkaian namun apabila rangkaian power suplynya terpisah misalnya
pada Amplifier akan lebih mudah mengukurnya karena biasanya dalam PCB nya
terdapat keterangan terminal positif maupun negative atau Ground.Apabila
tidak ada keterangan sama sekali patokannya adalah cari dulu jalur Groundnya biasanya jalurnya
paling tebal dan selalu berhubungna dengan kutub negatif dari
kondensator.Kemudian cari jalur positifnya cara termudah adalah mencari
kondensator kutub positif yang ukurannya
paling besar baik nilainya atau tegangan
kerjanya(Working Voltage) biasanya dekat dengan dioda penyearah.Setelah
keduanya ditemukan baru bisa diukur
tegangannya.Caranya sebagai berikut:
1.Perkirakan berapa besar tegangan yang hendak anda ukur
misalnya 24 volt
2.Putar sakelar multimeter pada posisi diatas perkiraan
yaitu DCV 50
3.Tempelkan colok merah
multimeter kepada jalur positif dan
Colok hitam multimeter kepada jalur
Ground.
4.Jarum akan bergerak kekanan menunjuk angka tertentu.
Demikian Tutorial tentang Cara Mengukur Tegangan DC Semoga bermanfaat Terima kasih atas kunjungannya dan Selamat Mencoba!
Demikian Tutorial tentang Cara Mengukur Tegangan DC Semoga bermanfaat Terima kasih atas kunjungannya dan Selamat Mencoba!
http://bisaelektronika.blogspot.com/2013/05/cara-mengukur-tegangan-dc.html
Subscribe to:
Posts (Atom)